Jakarta, Gempita.co – Saat ini terdapat dua kasus Covid-19 di DKI Jakarta yang disebabkan varian mutasi ganda B.1.617 dari India.
Hal ini Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi.
Keterangan Nadia ini melengkapi pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang sebelumnya menyebutkan mutasi baru Covid-19 dari negeri Boliwood telah masuk ke Indonesia.
“Iya benar yang dimaksud varian B.1.617,” ujar Nadia, dalam keterangannya, Senin (3/5/2021).
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada dua kasus Covid-19 di Indonesia yang terjadi akibat penularan varian mutasi dari India.
Dua kasus tersebut dilaporkan ditemukan di DKI Jakarta.
Budi menjelaskan hal tersebut kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan, Senin (3/5/2021).
“Tadi juga sudah dilaporkan kepada Bapak Presiden karena sudah ada mutasi baru yang masuk, yaitu mutasi dari India. Ada dua insiden (penularan dari India) yang sudah kita lihat dua-duanya di Jakarta,” ujar Budi dalam siaran langsung konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden.
Berdasarkan perkembangan terbaru ini, Budi meminta kepada masyarakat untuk semakin memperketat pelaksanaan protokol kesehatan.
Menurut Budi, sudah menjadi kewajiban bersama bagi semua pihak untuk mencegah penularan Covid-19 dengan disiplin memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Diketahui, varian virus corona B.1.617 yang dikenal karena mutasi gandanya adalah varian baru yang ditemukan dari India.
Bukti awal menunjukkan bahwa B.1.617 lebih menular daripada jenis virus sebelumnya, seperti dikutip NPR.
Sebuah penelitian menemukan, mutasi L452R dapat meningkatkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel manusia di laboratorium.
Varian di California, pembawa mutasi yang sama, sekitar 20 persen lebih mudah ditularkan daripada jenis virus yang lebih tua.
Varian B.1.617 juga menyebar dengan cepat di India, yang diketahui memiliki dua mutasi, yaitu E484Q dan L452R.
Selama beberapa bulan terakhir, telah menjadi strain yang dominan di negara bagian Maharashtra.
Namun, WHO tidak bisa memastikan apakah varian itu benar-benar berperan dalam lonjakan kasus di India.
Senada dengan WHO, ilmuwan penyakit menular dari Scripps Research Institute Kristian Andersen mengatakan, tidak ada yang tahu pasti apakah B.1.617 lebih dapat ditularkan dan dengan demikian mendorong lonjakan India.
Sumber: Kompas.com