Gempita.co- Kementerian Kesehatan RI ikut mewaspadai varian Delta AY.4.2 yang ditemukan di Singapura baru-baru ini.
Varian Delta AY.4.2 belakangan menjadi kekhawatiran karena diyakini memicu peningkatan kasus di Inggris, dan terus menyebar ke sejumlah negara Asia termasuk India.
Indonesia sampai saat ini belum melaporkan varian Delta AY.4.2. Namun, skrining ketat dan penerapan syarat PCR disebut menjadi antisipasi pemerintah menghadang varian Delta AY.4.2.
“Untuk antisipasi, pemerintah memperkuat pintu masuk dengan tiga kali tes PCR negatif dan karantina 5 hari,” beber dr Nadia kepada detikcom.
Meski Indonesia belum menemukan varian AY.4.2, sudah ada 23 jenis varian Delta yang lebih dulu diidentifikasi. Terbanyak adalah varian Delta AY.23 yang mencapai 3.050 kasus.
Berdasarkan data Balitbangkes Kemenkes RI per 16 Oktober, varian baru Corona paling banyak ditemukan di DKI Jakarta dengan rincian 1.188 kasus varian Delta, 12 kasus varian Beta, dan 37 kasus varian Alpha.
Di tengah kekhawatiran varian Delta AY.4.2 dan ancaman gelombang ketiga COVID-19, pemerintah juga akan mendatangkan obat oral COVID-19 pertama di dunia yakni Molnupiravir besutan Merck and Co, farmasi AS.
Harganya ditaksir bisa mencapai 9 juta rupiah dalam satu siklus terapi. Obat ini diharapkan bisa menjadi salah satu strategi pemerintah mencegah lonjakan kasus COVID-19 seperti yang terjadi di puncak Juli lalu.
Memang seberapa besar ancaman lonjakan kasus di tengah prediksi gelombang ketiga? Simak di halaman selanjutnya.