Yaman Didukung Iran Gagal Serang Fasilitas Minyak Arab Saudi

Jeddah, Gempita.co – Serangan pemberontak Yaman yang didukung Iran berhasil digagalkan Arab Saudi.

Serangan itu melibatkan dua pesawat tak berawak yang sarat bermuatan bahan peledak, sempat memicu kebakaran di dekat pusat distribusi minyak Aramco.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Dalam pernyataan yang disampaikan oleh kantor berita Arab Saudi SPA, seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya di Kementerian Energi melaporkan bahwa pasukan keamanan Saudi telah mencegat dan menghancurkan dua kapal berisi bahan peledak yang diduga digunakan pemberontak Houthi untuk menarget kilang utama dan terminal di provinsi Jizan, Arab Saudi.

Serangan itu berlangsung Rabu malam (11/11) di dekat anjungan pembongkaran muatan dan menyebabkan selang apung yang menyalurkan minyak terbakar, kata pejabat tersebut. Ia menambahkan bahwa kobaran api telah berhasil dikendalikan dan tidak menjatuhkan korban.

Pejabat itu mengecam keras serangan tersebut karena mengancam rute pelayaran komersial di dekat selat penting Bab al-Mandeb, yang digunakan untuk pengiriman minyak dari Teluk ke Eropa, serta barang dari Asia ke Eropa.

Belum ada pengakuan langsung dari pemberontak Houthi di Yaman. Houthi telah berulang kali memanfaatkan pesawat nirawak (drone), dan menembakkan rudal, yang menarget instalasi minyak, bandara, dan kota-kota di daratan Saudi selama perang lima tahun melawan koalisi militer pimpinan Saudi di Yaman.

Pada September 2019, serangan pesawat tak berawak, yang diklaim dilakukan Houthi, menghantam dua instalasi minyak utama Arab Saudi, sehingga menghentikan sekitar setengah dari pasokan pengekspor minyak terbesar dunia itu. Arab Saudi dan AS mengaitkan serangan itu dengan Iran, namun Iran membantah terlibat.

Arab Saudi sering mengklaim berhasil menggagalkan serangan lintas perbatasan yang dilancarkan Houthi tanpa bukti sehingga sangat sulit memverifikasi kebenarannya secara independen.

Houthi, yang dianggap Arab Saudi sebagai proksi Iran, menyerbu ibu kota Yaman dan sebagian besar wilayah utara negara itu pada tahun 2014, sehingga mendorong pemerintah yang diakui secara internasional mengasingkan diri.

Perang di negara termiskin di dunia Arab ini telah menewaskan lebih dari 100.000 orang, mendorong jutaan orang ke ambang kelaparan dan memicu apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Sumber: VoA

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali