200 Pasien Meninggal Per Hari, Mungkinkah PSBB Total Se – Jawa ?

Kasus COVID-19 di Jakarta bertambah -Foto: Istimewa
Plang tanda "check point" pengawasan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ditempatkan di Jalan Ciledug Raya, Jakarta, Kamis (23/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang masa penerapan PSBB di DKI Jakarta hingga 22 Mei 2020. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz

Jakarta, Gempita.co – Saran dari Epidemiolog asal Griffith University Australia, Dicky Budiman meminta pemerintah Indonesia menyiapkan kembali skema pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (SPBB) total di Pulau Jawa.

Pasalnya, situasi pandemi di Indonesia telah menunjukkan situasi kritis dan berpotensi memburuk pada awal 2021 mendatang.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Dicky mengatakan salah satu indikatornya adalah peningkatan angka kematian harian yang semakin tinggi.

Indonesia telah menembus 20 ribu kasus kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan hingga hari ini dan dalam dua hari terakhir mencatat lebih dari 200 pasien meninggal per hari.

Selain itu, tingkat hunian tempat tidur isolasi dan ruang perawatan intensif (ICU) di rumah sakit juga meningkat hingga melewati ambang batas yang direkomendasikan yakni 70 persen.

Jakarta, sebagai wilayah yang sejak awal paling terdampak pandemi namun memiliki kapasitas paling mumpuni, melaporkan 85 persen tempat tidur isolasi di rumah sakit rujukan telah terisi dan 80 persen ruang ICU juga terisi hingga 20 Desember 2021.

Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet tidak lagi menerima pasien tanpa gejala sejak Sabtu karena fasilitas karantina yang disiapkan telah terisi 75 persen.

Situasi serupa juga terjadi di sejumlah daerah, misalnya di Surabaya, Jawa Timur dan di sejumlah kota di Jawa Tengah sejak awal Desember lalu.

Menurut Dicky, meningkatnya okupansi rumah sakit ini lah yang menyebabkan angka kematian pasien Covid-19 juga meningkat.

Sementara itu, jumlah kasus aktif telah melampaui 100 ribu orang dan mayoritas kasus baru yang dilaporkan terjadi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa Timur.

“Sekarang statusnya sudah sangat serius. Stay at home, pembatasan harus diperkuat di semua daerah. Kita perlu bersiap PSBB total se-Pulau Jawa,” kata Dicky seperti dikutip Anadolu Agency, Senin.

Namun dia mengingatkan agar pemerintah menyiapkan rencana kontigensi agar PSBB total berjalan serius, ditaati masyarakat, dan mengurangi dampaknya terhadap masyarakat.

Dicky melanjutkan, situasi pandemi menjadi lebih buruk apabila pemerintah tidak mengambil langkah serius mengingat pada 9 Desember lalu Pilkada serentak baru digelar dan bisa memberi dampak lonjakan kasus beberapa waktu ke depan.

Selain itu, libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021 juga berpotensi meningkatkan mobilitas masyarakat yang juga berdampak pada meningkatnya penularan.

Sejauh ini, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 telah menerbitkan edaran bahwa setiap pelaku perjalanan antar-daerah dari dan ke Jawa wajib menyertakan hasil tes negatif berdasarkan tes cepat antigen. Satgas juga mewajibkan hasil tes negatif berdasarkan tes PCR untuk pelaku perjalanan ke Bali.

Namun Dicky menilai situasi saat ini membutuhkan pembatasan yang lebih ketat ketimbang hanya memindai orang-orang yang bepergian. Apalagi implementasi dari aturan tersebut belum tentu berjalan baik.

“Situasi saat ini tuh sudah bukan saatnya lagi untuk pergi dengan hasil tes, tetapi sudah harus dilarang pergi,” kata Dicky.

Rekam jejak penanganan pandemi di Indonesia menunjukkan bahwa tiga libur panjang berdampak signifikan terhadap penambahan kasus positif.

Satgas Covid-19 mencatat libur panjang Idulfitri pada Mei 2020 meningkatkan kasus kumulatif mingguan sebesar 69 persen hingga 93 persen, sedangkan libur panjang pada Agustus 2020 meningkatkan kasus kumulatif mingguan sebesar 58-118 persen.

Sementara itu, libur panjang pada akhir Oktober hingga awal November 2020 lalu meningkatkan positivity rate di Indonesia.

Dicky juga mengingatkan agar pemerintah terus meningkatkan kapasitas tes, penelusuran kontak, serta isolasi mandiri bagi pasien positif Covid-19 untuk memutus penularan.

Dia mengatakan sejumlah pemodelan epidemiologi menunjukkan ada banyak kasus positif yang tidak terdeteksi oleh kapasitas tes dan surveilance yang dimiliki pemerintah dan berpotensi menjadi bom waktu.

“Januari potensinya sangat besar, apalagi ada rencana membuka sekolah dan lain-lain. Testing harus ditingkatkan dan tracing harus drastis,” kata dia.

Indonesia sejauh ini telah melaporkan total 671.778 kasus, dengan kasus meninggal sebanyak 20.085 orang dan kasus sembuh sebanyak 546.884 orang.

Sumber: anadolu

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali