Natal yang Sedih di Kota Betlehem, Akibat Pandemi Virus Corona

Gempita.co – Natal tahun lalu ribuan pengunjung liburan ke Betlehem kota kecil di kawasan pendudukan Tepi Barat, Palestina.

Sebelum pandemi melanda, masih banyak pihak yang berharap 2020 akan lebih baik untuk pemasukan bisnis di kota itu.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Tingkat okupansi lebih dari 90%. Semua orang melakukan investasi di sektor ini,” kata Mariana al-Arja, manajer hotel Angel.

“Para pengusaha mulai membangun hotel-hotel baru. Saya membangun 22 ruang hotel mewah. Namun kini [bisnis] mati. Sangat sedih,” tambahnya.

Hotel Angel merupakan tempat pertama terjadinya kasus virus corona Maret lalu setelah seorang turis Yunani yang tinggal di hotel itu dinyatakan positif.

Arja sendiri dan sejumlah staf lain dinyatakan positif. Mereka melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Dua bulan kemudian, semua pemesanan hotel dibatalkan, dan dia terpaksa memberhentikan 25 karyawan dan menutup hotel.

Ia mengatakan dampak terhadap bisnis virus corona lebih buruk dibandingkan dampak kekerasan konflik Israel-Palestina. Namun di tengah ini semua, Arja menyatakan optimistis, bisnis akan pulih kembali.

“Di sinilah tempat Yesus lahir. Saya yakin turis akan kembali ke Bethlehem namun perlu waktu,” katanya.

Angka pengangguran meningkat dan perekonomian kota yang selama berabad-abad menggantungkan diri pada kunjungan umat Kristen, terpuruk.

Namun di bagian lain kota, sejumlah bisnis online berhasil meraup untung.

Di toko cenderamata kayu pohon zaitun, saya temukan mereka sibuk melayani pesanan.

Pemilik toko Christmas House, Jack Giacaman, mengepak barang-barang pesanan berupaya ornamen kelahiran Yesus.

“Tahun ini sangat gawat. Pada awalhnya, tak ada kerja. Pada pertengahan tahun, saat musim panas, sebagian besar dari kami tak bisa cari uang untuk beli roti sekalipun,” katanya.

“Bekalangan ini, terima kasih Tuhan … semua orang, sebelum Natal ingat tentang Betlehem dan mereka ingin beli sesuatu. Hari ini saja saya mengirim barang ke berbagai tempat dunia, ke Selandia Baru, Kanada, Inggris,” tambahnya.

Wali kota Betlehem menekankan bahwa peringatan Natal tidak akan dibatalkan namun akan sangat berbeda dibandingkan biasanya.

Prosesi yang diizinkan hanya marching band kelompok pramuka untuk menyambut pendeta yang diundang untuk memimpin perayaan malam Natal pada 24 Desember.

Misa malam Natal, yang dianggap sebagai bagian paling penting dalam rangkaian acara di Gereja Kelahiran, akan ditutup untuk umum.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berusia 85 tahun, tidak akan hadir.

Karantina ketat diterapkan di wilayah Palestina, Tepi Barat yang diduduki Israel karena naiknya kasus Covid-19.

Semua warga harus tetap berdiam di rumah mulai pukul 19:00 sampai 06:00 pagi dan sepanjang hari Jumat dan Sabtu – waktu akhir pekan di Palestina.

Di tengah persiapan Natal tanpa kegiatan di luar rumah ini, para pendeta meminta jemaat Kristen untuk mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa.

“Natal yang sedih, tapi kita tahu saat Yesus lahir, malaikat berkata, ‘Jangan takut’,” kata Issa Thaljieh, pendeta Ortodoks Yunani di Gereja Nativity.

“Kita tahu Yesus Kristus dilahirkan untuk kita, menyelamatkan kita dan inilah cara kita untuk bahagia – untuk merasakan perdamaian dari dalam dan kebahagiaan dari dalam,” tambahnya.

Dia telah lama tinggal di situ dan biasanya puluhan rekan dan saudaranya datang untuk bersama-sama menonton parade dari balkon rumahnya.

Namun tahun ini, teman-temannya tak diizinkan datang.

Nasser mengatakan umat Kristen setempat memiliki tugas untuk mengingatkan dunia tentang pesan Natal.

“Saat orang mengatakan Betlehem, orang terpikir Yesus dan tempat dia dilahirkan,” katanya.

“Kami tahu di seluruh dunia, banyak keluarga yang terdampak virus. Jadi tahun ini, kami harus tetap punya harapan dan berdoa agar pandemi selesai.”

Sumber: BBC News

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali