Damaskus, Gempita.co – Lebih dari 100 serangan dilancarkan kelompok yang menamakan diri Negara Islam, lebih dikenal dengan sebutan ISIS di kawasan Suriah timur laut dalam sebulan terakhir.
Serangan dan aksi teror ISIS di desa-desa dan kota-kota di Suriah timur laut ini biasanya dilancarkan pada malam hari dan sebagian besar terjadi di Provinsi Deir al-Zour.
Statistik tersebut diungkap oleh Ali — yang tidak mengungkap identitas demi alasan keamanan — bersama sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat mendokumentasikan serangan dan aksi teror oleh ISIS.
“ISIS melakukan pemenggalan, pengeboman, aksi bom bunuh diri, pembunuhan, dan penculikan …,” kata Ali dikutip BBC News.com.
Dalam satu serangan belum lama ini, 40 orang tewas ketika sel ISIS melancarkan serangan terhadap bus.
Ali mengatakan keamanan warga menjadi rentan saat malam tiba, ketika petempur-petempur ISIS begerak leluasa karena ketiadaan aparat keamanan.
Ia mengatakan warga takut dan pada malam hari, praktis nasib mereka ada di tangan petempur-petempur ISIS.
“Warga biasa meminta perlindungan pihak berwenang, namun tak ada respons. [Pihak berwenang] selalu mengatakan mereka tak punya persenjataan yang cukup untuk melawan mereka … saat malam tiba semua tentara dari angkatan bersenjata demokratis Suriah (SDF) meninggalkan kota,” ungkap Ali.
Amira — bukan nama sebenarnya — punya kerabat di SDF, kelompok bersenjata yang mempimpin pertempuran melawan ISIS di kawasan dengan dukungan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.
SDF inilah yang memukul mundur ISIS dari desa-desa dan kota-kota di Suriah.
Amira mengatakan kotanya menjadi sangat menakutkan begitu matahari terbenam.
“Saat malam hari, kawasan tempat saya tinggal praktis dikuasai oleh anggota ISIS. Mereka [bebas] bergerak, menyerang rumah-rumah dan mengancam warga. Sangat menakutkan … [tentara] SDF tak bisa menjamin keamanan di malam hari … kadang juga di siang hari. Setiap hari, pasti ada satu atau dua orang yang dibunuh [oleh ISIS],” kata Amira.
Memeras Warga
Amira mengatakan siapa pun yang punya kaitan dengan pemerintah di Damaskus atau dengan SDF terancam keselamatannya.
ISIS mengancam para aparat sipil negara antuk mundur, kalau tidak akan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.
Mereka yang diyakini punya kaitan dengan SDF akan langsung dibunuh begitu saja.
Warga yang berbelanja dan para pelaku usaha juga menjadi sasaran intimidasi, biasanya melalui telepon atau pesan pendek (SMS).
Mereka diharuskan membayar uang, kadang hingga US$5.000 (atau sekitar Rp70 juta), jika menolak maka anggota keluarga mereka akan dibunuh.
Situasi ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok penjahat lokal dengan berpura-pura sebagai anggota ISIS dan meminta uang dari warga.
Amira mengatakan aparat keamanan tak bisa memberikan jaminan dari kelompok penjahat ini dan akhirnya warga terpaksa meminta perlindungan dari anggota ISIS.
Belum lama berselang, tutur Amira, tiga orang mengaku sebagai anggota ISIS dan meminta uang dari warga. “Warga minta bukti kalau mereka adalah anggota ISIS. ISIS mengatakan ketiganya bukan anggota mereka, dan tiga orang ini kemudian dibunuh,” kata Amira.
Sumber: BBC News