Jakarta, Gempita.co – Penyediaan pasokan air yang memadai dapat berkontribusi untuk mengendalikan penurunan muka tanah di Pantura.
“Temuan cukup menarik salah satunya Cengkareng (di Jakarta Barat) yang sudah melambat penurunan muka tanahnya seiring dengan peningkatan pasokan air. Jadi ini membuktikan hipotesis, kalau bisa meningkatkan pasokan air, maka permukaan penurunan muka tanah bisa dihentikan,” kata Direktur Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Abdul Malik Sadat Idris dalam diskusi via virtual Perubahan Iklim dan Ancaman Tenggelamnya Pesisir Jawa di Jakarta, Kamis, dikutip dari Antaranews.
Dia menuturkan penurunan muka tanah disebabkan oleh tekanan dari pembangunan gedung tinggi, pengambilan air tanah dan aktivitas tektonik. Namun, pengambilan air tanah berkontribusi besar.
Penurunan muka tanah terjadi di beberapa area Pantura antara lain Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Jawa Tengah.
Jika berhasil mengurangi pengambilan air tanah 50 persen di DKI Jakarta, maka dapat membantu upaya pengendalian penurunan muka tanah.
“Terlebih yang harus kita atasi bersama di DKI ini di Pantura ini adalah krisis penyediaan air bersih,” ujar Abdul.
Ia mengatakan penyediaan air bersih harus bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di Pantura karena Pantura merupakan urat nadi perekonomian, yang mana di Jabodetabek saja terdapat sekitar 20 ribu hektar kawasan industri dan kemungkinan terus bertambah ke depannya.
Selain itu, diperkirakan seluruh Pantura akan membutuhkan air baku sekitar 67 meter kubik per detik. Penyediaan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan di Pantura karena Pantura merupakan urat nadi perekonomian, yang mana di Jabodetabek saja terdapat sekitar 20 ribu hektar kawasan industri dan kemungkinan terus bertambah ke depannya.
Selain itu, diperkirakan seluruh Pantura akan membutuhkan air baku sekitar 67 meter kubik per detik. Penyediaan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan air tersebut harus segera dipercepat untuk mencegah pengambilan air tanah terus menerus.
Solusi lain ke depan adalah membangun waduk lepas pantai atau waduk muara untuk menyediakan kebutuhan air masa depan di Pantura karena Pantura mengalami kekurangan air ketika terjadi kekeringan.
Sebelumnya, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Edvin Aldrian mengatakan penurunan muka tanah akibat aktivitas manusia menjadi penyebab utama meningkatkan potensi Jakarta dan pesisir Pantura tenggelam, bukan kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim.
“Yang paling utamanya karena penurunan muka tanah,” ujar Edvin.
Edvin mengatakan hasil pengukuran di daerah utara Jawa, ternyata hanya terjadi kenaikan muka air laut sebesar 3,6 mm per tahun.
Menurut dia, kenaikan itu sebenarnya tidak cukup menjadi faktor sendiri untuk menenggelamkan sebagian wilayah Jakarta atau pesisir Pantura dalam beberapa puluh tahun ke depan, karena untuk mencapai kenaikan muka air laut beberapa meter saja membutuhkan waktu sekitar 100 tahun jika hanya mempertimbangkan faktor kenaikan muka air laut tersebut.
Justru, masalah yang jauh lebih besar adalah penurunan muka tanah yang diakibatkan aktivitas manusia sehingga menambah potensi muka tanah terus menurun saat terjadi kenaikan muka air laut sehingga menambah dampaknya saat air laut masuk ke daratan dan bisa menyebabkan terendamnya daratan rendah di pesisir Pantura.