Rakyat Jepang Semakin Gencar ‘Usir’ Militer AS di Okinawa dan Iwakoni

Tokyo, Gempita.co – Rakyat Jepang semakin gencar menolak kehadiran pasukan Amerika Serikat (AS), dengan berbagai alasan baik di tingkat pemerintahan dan rakyat.

Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi telah meminta pasukan AS yang ditempatkan di pangkalan Okinawa dan Iwakoni di Jepang untuk tidak meninggalkan pangkalan demi mencegah penyebaran virus Corona.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Menurut para pejabat Jepang, pasukan AS yang ditempatkan di negara itu menjadi penyebab utama penyebaran virus Corona di Jepang.

Menurut statistik yang dipublikasikan, sekitar 1.800 tentara AS telah terinfeksi Corona di Jepang, sepertiga di Okinawa dan sekitar 600 di pangkalan Iwakoni.

Kehadiran militer AS di Jepang, yang diikuti dengan kekalahan negara ini di Perang Dunia II dan Perjanjian Keamanan Washington yang dipaksakan pada pemerintah Tokyo, merupakan salah satu masalah terbesar bagi rakyat Jepang selama lebih dari tujuh dekade.

Pemerkosaan, tampil di depan umum dalam keadaan mabuk, menggunakan hak lebih unggul dari warga negara Jepang, dan bahkan pembunuhan mereka termasuk di antara kejahatan yang dilakukan oleh pasukan AS yang ditempatkan di Jepang.

Dalam hal ini, Suzuki Hitoshi, seorang ahli masalah politik di Jepang, berpendapat:

“Amerika Serikat memiliki sekitar 50.000 tentara di Jepang dan menyebabkan banyak masalah, terutama bagi masyarakat Okinawa, yang sebagian besar berbasis di provinsi tersebut. Biaya perumahan dan pendanaan untuk militer AS, yang berjumlah 400 miliar yen per tahun, bersama dengan masalah sosial dan keamanan yang ditimbulkannya kepada rakyat, telah membuat mereka menuntut penarikan pasukan AS dari negara mereka dan penutupan pangkalan militernya.”

Militer AS, di sisi lain, tidak diadili atau dihukum di pengadilan mana pun di negara-negara di bawah undang-undang yang memaksakan superioritas pada negara tuan rumah, dan ini membuat orang Jepang merasa semakin rendah diri dari para pelaku kejahatan Amerika.

Menurut edisi terbaru surat kabar Mainichi, menyusul serangan seksual oleh seorang tentara AS terhadap seorang wanita di provinsi Okinawa, gubernur provinsi ini hanya menulis sepucuk surat protes kepada pejabat Korps Marinir AS dan mengumumkan protesnya.

Perlakuan Amerika seperti ini terhadap orang Jepang telah membangkitkan kemarahan dan rasa jijik mereka lebih dari sebelumnya.

Analis politik di Jepang Takahiro Suzuki mengatakan:”Dalam beberapa kasus, tentara AS telah diminta untuk membayar kompensasi atas perbuatan amoral ini, tetapi permintaan pemerintah Tokyo ini tidak terlalu mendapat perhatian, sementara orang asing yang diperkosa oleh tentara AS di Jepang telah menuntut kompensasi dari pemerintah Tokyo.”

Bagaimanapun, pemerintah daerah Okinawa telah meminta pemerintah Tokyo untuk memperketat tindakan melawan penyebaran virus Corona dengan meminta tanggung jawab militer AS atas penyebaran virus Corona di provinsi tersebut.

Ini berarti bahwa dari sudut pandang Amerika, kehidupan dan keamanan orang Jepang tidak ada artinya bagi mereka, dan mereka terus memandang rendah orang Jepang.

Ketidakmampuan pemerintah Tokyo untuk menghadapi tentara kriminal Amerika telah menyebabkan rakyat Jepang melakukan protes dengan berbagai dalih dan di berbagai kesempatan.

Sumber: parstoday

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali