Kisah Pino: Sukses Jualan Nasi Padang, Sate Ayam dan Tempe Mendoan di London

London, Gempita.co – Sate Ayam, Nasi Padang serta Tempe Mendoan menu favorit Pinondang Sinaga, pemilik Warung Pino di Camde kawasan Queensway, London Inggris.

Sempat terganggu dengan lockdown ketat, dan kini mulai sibuk kembali.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Sekarang sibuk terus, kalau akhir pekan selalu ngantri,” kata Pino yang menyajikan menu andalan, berupa sate ayam dan Nasi Padang, serta tempe mendoan.

Untuk memenuhi minat pelanggan, setidaknya dia menghabiskan sekitar 60 blok tempe untuk mendoan dan sekitar 120 kilogram daging sapi untuk rendang dalam menu Nasi Padang.

Di antara deretan kios-kios makanan dan produk kreatif di Camden Market – salah satu destinasi turis di London – Warung Pino termasuk salah satu kedai makan yang ramai dikunjungi.

Pino sibuk membakar sate ayam, menu yang menurutnya banyak disukai pelanggan lokal. Hanya ada sekitar 10 kursi, namun aroma asap sate membuat banyak orang sempat berhenti untuk melihat atau mencoba mampir.

Pino mengatakan ia biasa datang pagi untuk masak sebelum membuka warungnya pada tengah hari sampai tutup pada pukul 18:00.

Ada sejumlah menu yang ia olah dan masak langsung di warung ini, termasuk gado-gado, ayam geprek, siomai dan pempek.

Camden Market – yang berdiri sejak 1974 – adalah salah satu destinasi turis di London dengan puluhan toko aneka produk kreatif dan kuliner.

Berbagai kedai makan dari mancanegara ada di sini.

Sambil membakar sate, Pino bercerita tentang upayanya membuka warung di penghujung tahun 2019.

Pengalaman 15 tahun bekerja di industri restoran di London termasuk di sejumlah insitusi bergengsi, mendorongnya untuk mencoba membuka usaha sendiri.

Keahliannya membakar sate di atas arang dan menghidangkannya, ia tunjukkan di depan otorita Campden Market sebagai persyaratan untuk mendapatkan izin berjualan masakan Indonesia di lokasi yang dikunjungi ribuan orang setiap hari, terutama pada akhir pekan.

“Benar-benar saya presentasikan sate ayam itu, dengan membakar sate di depan mereka (Pihak Camden Market) dengan menggunakan arang. Dengan mencium aroma, dan rasanya juga enak. Mereka suka sekali,” katanya.

Pino bercerita, ia memulai dengan kedai kecil tanpa bangku dan para pelanggan menyantap sambil berdiri di seputar kios-kios yang berjejer.

Namun, usaha yang baru dimulai di penghujung 2019 itu, terhantam pandemi. Inggris menerapkan lockdown ketat,

“Lockdown pertama (Maret-Juli 2020), saya bisa buka tapi dengan take away. Di situ saya mulai berusaha bagaimana caranya agar bisnis saya bisa bertahan. Jadi saya kontak jasa makanan online seperti Uber Eats dan Deliveroo,” kata Pino.

Karantina wilayah di Inggris diterapkan beberapa kali sejak Maret 2020. Kondisi mulai dilonggarkan kembali pada Juli 2021, dengan dibukanya restoran, pub dan berbagai tempat umum lain.

Pada petengahan tahun lalu, Pino pindah lokasi ke tempat yang lebih besar dengan kursi dan meja untuk pelanggan, tak jauh dari kedai pertamanya.

Sumber: BBC News

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali