Gempita.co – Avianca Holding akhirnya harus mengakui kegagalan dalam memenuhi tenggat waktu pembayaran obligasi. Bantuan yang diharapkan dari pemerintah pun tak bisa diharapkan.
Krisis Corona memaksa perusahaan untuk memarkirkan pesawat sejak pertengahan Maret dan meminta karyawan untuk cuti tanpa dibayar.
Dari rute yang dilayani Avianca, hampir 88 persen statusnya dalam kondisi larangan terbang. Perusahaan ini memiliki 189 pesawat yang melayani 700 penerbangan.
Pandemik Covid-19 menghantam industri penerbangan Avianca. Maskapai tertua kedua di dunia itu pun mengajukan pernyataan bangkrut.
Bangkrutnya maskapai ini menjadi kebangkrutan pertama sebuah maskapai terbesar di dunia akibat pandemik Covid-19.
“Avianca tengah menghadapi krisis paling menantang dalam sejarahnya selama 100 tahun sebagai efek pandemi virus Corona,” ujar CEO Avianca Anko van der Werff dalam pernyataan yang dikutip dari CNN, Senin (11/5/2020).
“Kami meyakini reorganisasi melalui Chapter 11 (kebangkrutan) menjadi jalan terbaik untuk melindungi layanan penerbangan kami di Kolombia dan pasar lain di Amerika Latin,” sambungnya.
Sebelumnya, bulan lalu maskapai Virgin Australia kolaps setelah gagal mendapatkan pinjaman dari pemerintah.
Sementara pada bulan Maret, maskapai berbiaya terjangkau Inggris, Flybe juga meminta perlindungan pemerintah setelah merasa krisis Corona ini terlalu besar untuk mereka hadapi.