PPKM Dicabut Macet Makin Parah di Jakarta, Banyak Pengendara Stress

Gempita.co-DKI Jakarta dilaporkan terus mengalami kemacetan usai dicabutnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Bahkan, kemacetan yang melanda ibu kota baru-baru ini disebut lebih parah dari masa-masa sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Kemacetan pun menjadi persoalan yang tidak dapat dihindari oleh para pengendara. Apabila terus berlangsung, salah satu yang akan terpengaruh adalah kesehatan mental para pengendara. Pasalnya, kemacetan yang menyebabkan penumpukan stres dapat berujung pada traffic stress syndrome.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi Direct Line, kemacetan lalu lintas dapat merusak kesehatan pengendara.

Studi yang ditulis bersama dengan psikolog kesehatan David Moxon itu mengidentifikasi kondisi traffic stress syndrome sebagai bentuk kecemasan psikologis yang menyerang pengemudi saat terjebak macet dalam lalu lintas.

Menurut penelitian tersebut, sekitar 1 dari 3 pengemudi atau satu juta pengendara menderita traffic stress syndrome. Mereka umumnya menunjukkan berbagai gejala setelah terhenti di kemacetan lalu lintas selama 3-5 menit.

“Mengemudi menjadi lebih menegangkan, dan akibatnya pengendara menderita,” kata juru bicara Direct Line, Emma Holyer, melansir Teesside Live.

Sebanyak 1 dari 5 pengemudi juga disebut mengalami peningkatan detak jantung dan sakit kepala. Sementara itu, 1 dari 10 pengemudi mengalami telapak tangan yang berkeringat.

Dalam kasus yang lebih parah, pengemudi melaporkan mual, pusing, dan kram perut.

Kehilangan konsentrasi dan bahaya berkendara akibat munculnya gejala-gejala ini diklaim telah mengakibatkan lebih dari dua juta kecelakaan bagi pengemudi dengan traffic stress syndrome selama atau setelah kemacetan lalu lintas.

Selain itu, ada juga beberapa efek lain yang lebih umum dari kondisi berkendara dalam kemacetan, termasuk kecemasan, iritasi, dan tingkat agresi yang meningkat.

“Kami menyarankan pengemudi untuk mengambil napas dalam dan pelan-pelan, serta mencoba memikirkan hal-hal lain selain kemacetan untuk menghindari traffic stress syndrome,” kata Holyer.

Anda juga bisa mencoba beberapa cara lain untuk menghindari traffic stress syndrome. Misalnya saja dengan mengalihkan perhatian pada hal lain seperti mendengarkan musik atau podcast. Sebisa mungkin hindari pikiran-pikiran negatif yang bisa berujung cemas.

 

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali