Terkadang kita terpancing emosi mendengar kata-kata yang menyelekit saat berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Dalam situasi seperti ini apakah kita harus meluapkan emosi kita atau kita mengakhiri sambungan telepon secara seketika untuk menghindari kemungkinan terlontarnya kata-kata yang lebih pedas dari mulut kita?
Oleh: Philip Fam
Kita sering mendengar sebuah nasihat yang mengatakan, “Saat marah, jangan berbicara karena kata-kata yang kita ucapkan bisa boomerang bagi kita”. Artinya jika kita berbicara dengan seseorang lalu terjadi perselisihan di antara kita dan orang itu, ada baiknya kita tidak meneruskan pembicaraan.
Secara tiba-tiba memutuskan sambungan telepon dengan lawan bicara memang tidak sopan. Namun, jika itu bisa MENYELAMATKAN HUBUNGAN kita dengan seorang sahabat atau orang terdekat, saya rasa, tidak ada salahnya untuk sesuatu yang sangat luhur terkadang kita harus menggunakan “pintu darurat”, yaitu menabrak nilai kesopanan dalam berbicara, yaitu memutuskan sambungan telepon secara tiba-tiba. Pada saat emosi sedang naik karena terpancing suatu pemicu (trigger), biasanya kita tidak bisa berpikir secara jernih. Saat pikiran kita dikuasai oleh emosi, mungkin kita bisa mengucapkan kata-kata yang akhirnya bisa menghancurkan hubungan kita dengan seorang yang kita cintai. Dalam keadaan yang sangat luar biasa ini (extraordinary), menurut saya, “pintu darurat” bisa sangat menolong. Biasanya masalah bisa dijernihkan saat situasi kedua pihak sudah kembali normal dan keduanya bisa saling meminta maaf!
Memang di dalam hidup, terkadang kita dihadapkan pada berbagai situasi yang dilematis.
Dalam situasi ini yang harus kita lakukan, menurut hemat saya, adalah kita harus MEMILIH MENGUNGGULKAN SALAH SATU NILAI di ANTARA DUA atau BEBERAPA NILAI KEBAIKAN yang ADA. Artinya dalam situasi yang sangat pelik terkadang kita terpaksa harus MENGESAMPINGKAN BEBERAPA NILAI KEBAIKAN DEMI MENYELAMATKAN SESUATU yang SANGAT BERARTI dalam HIDUP kita.
Salam,