Jakarta, Gempita.co – Aktivitas Gunung Merapi masih tinggi sejak statusnya ditingkatkan menjadi level Siaga pada 5 November 2020.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida meminta masyarakat tetap waspada untuk mengantisipasi peningkatan aktivitas Merapi.
“Sampai saat ini data pemantauan seismik, deformasi dan aktivitas lainnya masih tinggi,”kata Hanik dalam konferensi pers virtual pada Jumat.
“Sejak kami menaikkan status menjadi Siaga memang tidak naik signifikan, tetapi stabil pada level tinggi. Ini perlu kita perhatikan,” lanjut dia.
BPPTKG mencatat guguran material dari kawah Merapi telah terjadi beberapa kali dengan lontaran terjauh pada jarak 3 kilometer.
Berdasarkan pemantauan sepekan terakhir, BPPTKG memprediksi potensi eksplosif Merapi tidak akan seburuk letusan pada 2010.
Letusan 2010 merupakan yang terburuk dalam seabad terakhir dan menyebabkan sekitar 300 orang meninggal.
Meski demikian, Hanik mengatakan aktivitas Merapi saat ini telah melampaui kondisi pada 2006, pada saat itu letusan juga terjadi. Letusan pada 2006 mengakibatkan sekitar 150 orang tewas.
“Potensi bahaya saat ini meskipun eksplosif, lontaran material dan awan panasnya berjarak paling jauh 5 kilometer,” jelas Hanif.
BPPTKG meminta agar seluruh aktivitas di kawasan rawan bencana untuk dihentikan, seperti pertambangan di sungai yang berhulu dari Gunung Merapi.
Dia juga merekomendasikan agar tempat wisata di sekitar kawasan rawan bencana ditutup sementara untuk mengurangi potensi korban jiwa.
Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan pandemi Covid-19 dan La Nina juga menjadi ancaman yang perlu diwaspadai dalam penanganan darurat bencana Gunung Merapi.
Sebanyak 1.457 orang dan hampir 3.000 ekor hewan ternak telah dievakuasi dari desa-desa rawan di Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali.
Para pengungsi terdiri dari warga lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, anak-anak dan balita, serta penyandang disabilitas. Mereka kini menempati barak pengungsian di kawasan yang lebih aman.
“Kami berusaha jangan sampai ada klaster baru Covid-19 dari evakuasi warga. Seluruh relawan yang masuk ke tempat evakuasi akan dites dengan swab antigen,” kata dia.
Sementara itu, situasi La Nina yang berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 40 persen dikhawatirkan memicu luapan sunga-sungai yang mengalirkan lahar dingin dari Merapi.
“Ancaman banjir lahar dingin ini perlu diwaspadai dan disosialisasikan ke masyarakat,” kata Lilik.