BRSDM Dukung Peningkatan Produksi Udang Nasional

Jakarta, Gempita.co – Kebijakan industrialisasi udang nasional merupakan salah satu agenda pemerintah untuk membangun sektor kelautan dan perikanan. Untuk menyukseskannya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), mengembangkan riset dan SDM di bidang budidaya udang. Demikian disampaikan Kepala BRSDM Sjarief Widjaja pada Rapat Konsolidasi dan Akselerasi Pengembangan Produksi Industri Udang Tahun 2021-2024, yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), Senin (21/12), di Bogor, Jawa Barat.

Salah satu riset yang dikembangkan adalah perbaikan teknologi budidaya udang vaname superintensif dengan sistem progresif. “Hasilnya dapat mencegah kondisi kritis pada DOC (Day of Culture) 40-50 melalui perbaikan kualitas air, membuat vitalitas benur menjadi tinggi, compensatory growth, siklus pemeliharaan relatif singkat, pakan menjadi lebih efisien, serta adanya pengaturan pola tebar atau siklus produksi,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Riset selanjutnya adalah perbaikan sistem produksi larva dan kualitas calon udang windu panaeus monodon. Tujuannya adalah menghasilkan benih SPF (Specific Pathogen Free) udang windu yang memiliki resistensi tinggi terhadap serangan penyakit serta meningkatkan performa calon induk udang windu.

“Manfaatnya antara lain sebagai potensi aplikasi probiotik RICA (Research Institute for Coastal Aquaculture) serbuk untuk larva, potensi aplikasikasi dsRNA (Double-stranded RNA) meningkatkan resistensi larva dan pembesaran, aplikasi hormon MT (Methil Testosteron) meningkatkan kualitas spermatofor induk, dan aplikasi ekstrak rumput teki memperbaiki kualitas calon induk udang windu,” tuturnya.

Selain itu masih banyak lagi riset lainnya, seperti tambak udang terintegrasi silvofisheries, kajian Sludge Collector (SC) pada budidaya udang vaname superintensif, teknologi pembesaran udang vaname kepadatan tinggi skala rumah tangga, mina padi air payau, pencegahan penyakit pada budidaya udang ramah lingkungan, dan pengembangan WebGIS Sipetak untuk repositori big data tambak air payau.

Sementara itu terkait pengembangan SDM-nya, menurut Sjarief, salah satunya dilakukan dengan pendidikan vokasi, melalui perluasan akses kepada anak pelaku utama untuk memperoleh pendidikan pendidikan kelautan dan perikanan; pendidikan berkarakter; peningkatan kualitas pembelajaran dengan pendekatan teaching factory, sertifikasi kompetensi peserta didik, pengembangan minat kewirausahaan bagi peserta didik, peningkatan kerja sama pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri, serta menjadikan satuan pendidikan BRSDM sebagai pusat rujukan (center of excellence).

Pengembangan SDM juga dilakukan melalui pelatihan dan penyuluhan. Melalui pelatihan dilakukan dengan digitalisasi pelatihan, antara lain menghadirkan aplikasi e-Jaring (pembelajaran daring perikanan) dan e-milea (electronic milenial learning).

Melalui penyuluhan dilakukan digitalisasi penyuluhan, mulai dari presensi kehadiran penyuluh, pelaporan kegiatan penyuluh perikanan, materi penyuluhan online (cyber extension), monitoring kegiatan penyuluh di lapangan, aplikasi e-penyuluh (laporan kinerja), hingga ke database e-penyuluh (pengelolaan big data). Untuk melakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut tersedia SDM sebanyak 5.089 orang, yang terdiri dari 2.593 penyuluh perikanan PNS, 2.037 Penyuluh Perikanan Bantu, 287 fungsional lainnya, 48 widyaiswara, 89 instruktur, dan 35 struktural.

Sumber daya lainnya berupa 250 Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) yang tersebar di seluruh Indonesia, peta okupasi berupa 126 jabatan bidang kelautan dan 125 jabatan bidang perikanan, 17 unit Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (KKNI)-Standar Kompetnsi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), 4 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), 17 Tempat Uji Kompetensi (TUK), dan 143 asesor.

Sumber: Humas BRSDM

 

Pos terkait