CEK FAKTA, Benarkah Singapura Hentikan Vaksinasi Karena Ada yang Meninggal?

Jakarta, Gempita.co – Beredar kabar di media sosial bahwa Singapura menghentikan program vaksinasi karena ada kasus meninggal dunia. Salah satunya akun Facebook Torben Riise yang mengunggah foto dengan narasi tersebut pada (11/1/20210) lalu.

Terlihat ada seorang wanita menggunakan baju hitam dan masker sedang melakukan vaksinasi bersama tenaga kesehatan. Kemudian di foto itu ada tulisan sebagai berikut:

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Singapore stops the vaccination after 48 people died” (Singapura menghentikan vaksinasi setelah 48 orang meninggal.”

Hasil penelusuran Gempita.co, Telegraph memang memberitakan seperti itu, tapi tidak di bulan Januari 2021, melainkan pada 26 Oktober 2020 lalu. Judul asli artikel tersebut adalah: “Singapore halts use of flu vaccines after 48 die in South Korea”. Foto yang digunakan Telegraph sama seperti klaim netizen.

Artikel tersebut melaporkan, Singapura menghentikan peluncuran dua vaksin influenza, yakni SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra, pada 25 Oktober 2020. Penghentian dilakukan setelah ada 48 kasus kematian di Korea Selatan di antara kelompok orang penerima vaksin.

Kemudian, hasil penelusuran Google Image juga mengarahkan ke situs AFP Fact Check dalam artikel berjudul: “Facebook posts share misleading claim about influenza vaccination drive in Singapore”. Artikel ini dipublikasikan pada (14/1/2021) lalu.

Disebutkan dalam artikel AFP Fact Check, Singapura melanjutkan vaksinasi pada (31/10/2020) lalu. Hal ini dijelaskan oleh otoritas kesehatan Singapura yang mengumumkan peluncuran vaksin influenza dilanjutkan setelah kemungkinan hubungan sebab akibat antara vaksinasi influenza dan laporan kematian dipastikan rendah.

Tidak Benar

Klaim Singapura menghentikan vaksinasi 48 orang dilaporkan meninggal adalah tidak benar. Singapura pada (25/10/2020) lalu, pernah menghentikan sementara pemberian dua vaksin influenza setelah ada kasus kematian di Korea Selatan.

Namun, Singapura pada (31/10/2020), kembali melanjutkan vaksinasi setelah penyelidik Korea Selatan tidak menemukan bukti signifikan dari hubungan antara vaksin dan kematian.

Jangan mudah percaya, pastikan setiap informasi yang didapat terlebih dahulu dicek kebenarannya sebelum menyebarkan ke media sosial. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Stop Hoaks..!

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali