Cerita ‘Si Pembuat Peti Mati’ dapat Rezeki Nomplok dari Meteor

Jakarta, Gempita.co – Josua Hutagalung mendadak menjadi gunjingan jagad maya, perihal penjualan batu meteor yang harganya selangit Rp25 Miliar.

Namun Josua, 34 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat peti mati, mengaku batu meteor tersebut dijualnya dengan harga Rp200 juta. Uang itu pun sudah habis dibagi-bagi kepada keluarga, yatim piatu, gereja, dan perbaikan makam orangtua.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Hal itu dibantah Jared Collins, warga Amerika Serikat yang mengatakan menjadi perantara pembelian batu meteor antara Josua Hutagalung dan pihak ketiga, menyebutkan bahwa jumlah dana yang diterima pria Sumatra Utara itu bukan Rp200 juta dan bahwa “tidak ada harga meteor seharga Rp25 miliar.” Pada Jumat (20/11), kepada BBC News Indonesia, Josua Hutagalung mengamini bahwa Jared adalah seorang “perantara”.

Dalam penjelasan tertulisnya kepada BBC News Indonesia, Jared mengatakan dirinya “dihubungi oleh sesama penggemar meteorit yang sedang berada di Amerika, untuk membantunya mendapatkan sebuah meteorit yang jatuh di Sumatera Utara milik Josua Hutagalung.”

Jared “setuju untuk membantu koleganya di Amerika” dan kemudian “ditugaskan untuk memeriksa keaslian meteorit yang ditemukan oleh Josua Hutagalung”.

Perkara “nilai transaksi telah disetujui oleh Josua Hutagalung dan orang Amerika di luar negeri melalui komunikasi langsung yang sebelumnya dilakukan oleh kedua belah pihak, tanpa melibatkan dirinya [Jared]”.

Jared juga mengatakan ia “menerima penggantian untuk biaya perjalanan dan untuk waktunya yang dihabiskan untuk kepentingan membantu kolega ini. Dia tidak memiliki meteorit ini dan juga tidak menjual meteorit tersebut kepada pihak lain yang memiliki meteorit tersebut saat ini. ”

“Tujuan akhir dari keterlibatan Jared Collins sebagai penggemar meteorit adalah kesempatan sekali seumur hidup untuk secara pribadi menyaksikan dan secara fisik memeriksa meteorit yang penting secara ilmiah ini,” tambahnya.

Sebelumnya, Josua mengaku menjual meteor itu kepada Jared dan juga mengaku terkejut atas pemberitaan media di Inggris terkait harga meteor.

Akan tetapi, pada Jumat (20/11), Josua mengoreksi pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa Jarred Collins adalah “perantara” dan “bukan” pembeli batu meteor.

Josua juga meralat perkataannya bahwa dirinya “merasa dibohongi dan kecewa” ketika mendengar media di Inggris menyebutnya orang kaya baru dengan harga disebutkan mencapai 757 poundsterling (Rp14,1 juta) per gram di sebuah situs jual-beli online atau bila seberat 1.800 gram setara dengan Rp26 miliar. BBC tidak dapat memverifikasi soal harga yang disebutkan media Inggris ini.

“Saya kaget dengan kesalahpahaman dari media asing. Harganya dari saya. Kalau harganya dari saya, sudah pantas lah,” kata Josua kepada BBC News Indonesia, Jumat (20/11).

“Kalau [batu meteor] sudah sampai di sana, itu bukan hak saya lagi. Mau orang itu jual berapa, urusan orang itu,” lanjutnya.

Meski demikian, Josua tetap menolak mengungkap berapa sebenarnya jumlah uang yang dia terima atas penjualan batu meteor tersebut.

Adapun keaslian, nilai sebenarnya adalah kerahasiaan kedua belah pihak, baik Josua Hutagalung maupun warga Amerika yang tinggal di luar negeri, yang mengambil alih meteor tersebut, berdasarkan kesepakatan bersama.”

“Tetapi jumlah yang dibayarkan / diterima bukanlah Rp200 juta atau harga yang terlalu dibesar-besarkan sejumlah Rp25 miliar yang dilaporkan di seluruh dunia. Saat ini tidak ada meteorit dengan nilai seperti itu, dan tentunya tidak ada kolektor yang akan membayar harga tersebut,” tambahnya.

Sumber: BBC News

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali