Gempita.co – Data IKP (Indeks Kerawanan Pemilu) 2024 terkait isu SARA diungkap Komisioner Bawaslu RI Lolly Suhenty.
Kampanye bermuatan SARA di tempat umum terkait agama sebesar 86 persen, sedangkan penolakan calon berbasis kesukuan 75 persen.
“Provokasi SARA paling banyak terjadi di media sosial (medsos). Berdasarkan data IKP 2024, isu etnis dan agama mendominasi kekerasan berbasis SARA,” kata Lolly dalam keterangan persnya, Kamis (12/10/2023), dikutip RRI.
Kedua isu tersebut, menurutnya, membuat mudah masyarakat terprovokasi pada Pemilu 2024. Karena, etnis dan agama merupakan bagian dari identitas kolektif yang mampu menggerakkan suatu kelompok.
“Identitas kolektif itu digerakan untuk berhadapan dengan kelompok lain. Harus dicegah,” ucapnya.
Dalam mencegahnya, ia menegaskan, pentingnya melakukan secara masif mengedukasi pemilih terkait politisasi SARA. Penting juga bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk menangani kampanye dan provokasi SARA di medsos.
“Patroli pengawasan siber secara intensif untuk mencegah potensi. Maupun embrio berkembangnya politisasi SARA,” ujarnya