Gempita.co – Informasi jumlah anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang berada dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dari jumlah dua orang menjadi tersisa satu orang yaitu Askar alias Jaid alias Pak Guru.
Demikian dikatakan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Irjen Pol Rudy Sufahriadi, Rabu (18/5).
Sedangkan, satu teroris lainnya yaitu Nae alias Galuh alias Mukhlas diyakini telah tewas dan makamkan oleh rekannya di lokasi yang masih dicari keberadaannya oleh Satgas Madago.
“Koordinasi saya dengan Densus, kita sudah dapat memastikan bahwa dari bekas-bekas yang ada, tersangka itu tinggal satu. Pak Guru,” Jelas Irjen Pol Rudy Sufahriadi dalam konferensi Pers di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah di Palu. Nae alias Galuh alias Mukhlas diduga tewas karena luka tembak dalam peristiwa penyergapan yang pernah dilakukan oleh Satgas Madago Raya beberapa waktu lalu.
“Kalau memang Nae ini pernah tertembak, kita sedang cari dimana jenazahnya dimakamkan. Untuk itu bersabar, kita sedang cari bekasnya dimana, jejaknya dimana akan tetapi dapat dipastikan ini tinggal satu,” tegas Rudy Sufahriadi yang sekaligus menjabat sebagai Penanggung Jawab Kendali Operasi (PJKO) Madago Raya.
Rudy Sufahriadi menjelaskan 22 orang di Sulteng telah ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri sejak sejak Sabtu (14/5) hingga Senin (16/5).
Dari jumlah itu 19 orang ditangkap di wilayah Kabupaten Poso sedangkan 3 lainnya ditangkap di Ampana, Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah. Mereka ditangkap atas dugaan keterlibatan memberikan dukungan logistik dan keuangan bagi kelompok MIT. Selain di Sulteng, 2 lainnya di tangkap di Bekasi dan Kalimantan Timur. Sehingga total seluruhnya berjumlah 24 orang.
“Memiliki niat dan telah melakukan persiapan untuk bergabung bersama kelompok MIT yang di atas. Memposting di media sosial konten provokasi dan mengajarkan untuk melakukan aksi jihad. Jihad ini sangat mungkin dilakukan karena mereka sudah beberapa kali melakukan Idat (pelatihan), untuk itu Densus dibantu Polda Sulteng melakukan kegiatan penangkapan ini,” jelas Rudy Sufahriadi terkait alasan penangkapan seperti dilansir dari laman VOA.