Ganjar Mulai Terapkan Latihan Pemberlakuan New Normal di Jawa Tengah

Ganjar Pranowo Terapkan kebijakan New Normal dengan persiapan dan kontrol ketat protokol kesehatan. (Foto: Pemprov Jateng)

Jakarta, Gempita.co – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak ingin terburu-buru nengeluarkan kebijakan penerapan tatanan kehidupan baru atau new normal sebelum curva virus corona atau Covid-19 menurun sampai nol persen.

“Terus saya ditanya kawan-kawan media, lalu kapan normal barunya? ya sudah sekarang kita mulai latihan dulu karena kengeyelan (masyarakat) masih tinggi. Normal itu apa sih, Juni, Juli atau Agustus, kapannya itu adalah kurva, (Covid-19,)” ujar Ganjar saat menjadi pembicara diskusi virtual bertajuk “New Normal: Indonesia Optimis Vs Indonesia Terserah”, Kamis (4/6/2020).

Bacaan Lainnya

Menurut Ganjar, masih banyak masyarakat Jateng yang masih bekeluruyuran dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Padahal, kata dia, Pandemi Covid-19 ini cukup berbahaya, meskipun kasus Covid-19 di Jateng mengalami fluktuatif.

“Kemarin fluktuasinya naik-turun, sempat di bawah 1 persen, kini naik, terus sampai 1,1 persen, kemarin 1,4 persen dan sekarang turun lagi 1,2 persen. Jadi sebenarnya masih fluktuarif. Maka saya sampaikan ke kawan-kawan yuk kita latihan, yuk kita pakai masker, saya kemana-mana teriaknya pasti pakai masker,” kata Ganjar.

Kunjungi Tempat Ibadah

Politisi dari PDI-Parjuangan ini juga menegaskan dirinya sudah menyambangi beberapa tempat ibadah, seperti Gereja dan Masjid. Dalam kesempatan itu, Ganjar menanyakan tentang persiapan tempat-tempat ibadah tersebut dalam menghadapi tatanan kehidupan normal baru.

“Masjid relatif sudah menyiapkan. Kalau Gereja Katolik kemarin menyampaikan kami masih menggunakan streaming, gitu,” katanya.

Selain rumah ibadah, Ganjar juga mendatangi langsung sejumlah perusahaan di Jawa Tengah. Disebutkan Ganjar, ada perusahaan rokok yang sudah mulai mempekerjakan karyawannya dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Ada pabrik rokok linting, saya kira terbesar ini di Jateng, kita cek pabriknya di Semarang, ternyata mereka sudah mulai masuk kerja, (karyawannya) berbaris, terus tempat duduknya yang biasanya berhadapan jadi tidak, dari berdekatan jadi geser, dari tiga shift menjadi dua shift,” papar Ganjar.

Menurut Ganjar, kunjungannya ke sejumlah rumah ibadah dan perusahan itu sebagai langkah pengkondisian agar masyarakat mengerti apa yang sudah dan akan dilakukan ketika diterapkan tatanan kehidupan baru.

“Sebenarnya itu lebih kepada pengkondisian agar masyarakat ngerti apa sih yang mesti kita lakukan, normal baru  itu apa? pokoe sampean kalau kalau ke luar rumah bawa masker, itu pokoe, kemudian selalu cuci tangan. Di saku anda harus ada hand sanitizer,” katanya.

Disiplin Ikut Aturan

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian meminta masyarakat mematuhi peraturan yang sudah keluarkan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus Covid-19. Istilah-istilah yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah seperti PSBB, Psycal distancing, sosial distancing, atau new normal dalam melawan Covid-19 juga tidak perlu diperdebatkan.

“Yang penting subtansinya dimengerti dan bisa dijalankan. PSBB ini saya kira penting karena masyarakat masih ngeyel, mengganggap itu sesuatu tidak penting, merepotkan, tidak ada faidahnya sehingga saya kira kampanye yang masih dan konsisten itu perlu dilakukan sehingga masyarakat tidak cuman tau tapi juga melakukan berbagai atiuran yang ditetapkan. Mau ini menjadi sesuatu yang ditegakkan, perlu disiplinkan. Itu yang penting,” katanya.

Selai itu, Donny menambahkan bahwa Presiden Jokowi sudah memberikan arahan kepada jajarannya untuk mengkaji sektor-sektor mana yanng bisa dibuka ketika kehidupan normal baru diberlakukan. Perekonomian harus kembali digulirkan kembali tapi dengan syarat menerapkan protokol kesehatan yang sesuai standar.

“Makanya kemarin presiden sempat meninjau pusat perbelanjaan di Bekasi untuk melihat kesiapannya seperti apa. Alat ukur kesehatannya ada atau tidak, hand sanitizer ada atau tudak, petugasnya siap atau tudak. Bila mana ada suhunya diperbolehkan lalu bagaimana protokolnya, bagaimana protapnya,” tukas Donny.

Menurut Donny, menggerakan kembali roda perekonomian bukan berarti pemerintah tidak mengantisipasi potensi gelombang kedua Covid-19. Perusahaan dan masyarakat harus memiliki tekad bersama tentang kedisipilinan soal kesehatan ini.

“Ekonomi mulai bergulir tapi tentu saja protokol kesehatan itu dikerahkan secara ketat, dispilin dengan pengawasan yang cukup melekat. Supaya tidak kecolongan. Kerena begitu ada celah, kelengahan ya bisa terjadi penyebaran covid 19, bahkan ada gelombang kedua yang kemudian kita menutup (perusahaan) kembali. Ini kan kita tdak mau, masyarakat yang sudah berbulan2 di rumah, bisa beraktivitas, kemudian gara-gara lengah, ceroboh, tidak hati-hati kemudian ada gelommbag kedua ditutup lagi,” katanya.

Pos terkait