Gegara Covid-19, 50% UMKM Diperkirakan ‘Gulung Tikar’

MenkopUKM Teten Masduki: Setidaknya 40 survei memperkirakan separuh UMKM tidak akan mampu survive; pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara karena di sana ada 60 juta pengusaha UMKM, belum lagi jumlah tenaga kerjanya," kata (Foto: Humas KemenKopUKM)

Jakarta, Gempita.co – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenKopUKM) menyatakan akibat pandemi Covid-19, sekitar 50 persen UMKM diperkirakan gulung tikar.

“Setidaknya 40 survei memperkirakan separuh UMKM tidak akan mampu survive; pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara karena di sana ada 60 juta pengusaha UMKM, belum lagi jumlah tenaga kerjanya,” kata MenkopUKM Teten Masduki, dalam webinar bertema “Kebangkitan UMKM dengan Entrepreneur Milenial di Era New Normal”, yang diselenggarakan oleh KAGAMA (Alumni UGM), Sabtu (27/6/2020).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Ia mengatakan pemerintah berupaya optimal untuk menyelamatkan UMKM dengan berbagai stimulus, setidaknya agar bisa menekan bertambahnya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk membangkitkan UMKM itu antara lain mendorong UMKM menerima bansos, memberikan insentif pajak, relaksasi dan restrukturisasi pinjaman, di mana ada 60,6 juta UMKM yang sudah terhubung dengan lembaga pembiayaan formal.

Selanjutnya, memberikan pinjaman baru, termasuk pada koperasi, mendorong Kementerian dan Lembaga serta pemda menyerap produk UMKM, serta kampanye membeli produk lokal. “Semua kebijakan itu ditujukan agar daya beli masyarakat bisa tumbuh, sekaligus menggerakkan perekonomian,” kata Teten.

Lebih lanjut Teten mengatakan, pemerintah memprioritaskan adanya transformasi UMKM, dari yang selama ini mengandalkan offline menjadi online atau ekonomi digital.

“Pandemi saat ini semakin mengharuskan UMKM untuk masuk dalam ekonomi digital. Saat ini baru 8 juta UMKM, atau 13 persen saja dari total UMKM, yang sudah terkoneksi secara digital. Kami mentargetkan hingga akhir tahun ini ada tambahan 2 juta UMKM yang bisa terhubung ke ekonomi digital, sehingga total akan ada10 juta UMKM,” kata Menteri.

Daya Saing

Sayangnya, lanjut Menteri, tidak serta merta UMKM yang sudah sigital itu bisa survive. Berbagai survei menunjukkan, tingkat keberhasilan UMKM yang masuk ekonomi digital berikar hanya 4 sampai 10 persen.

“Masalahnya apa? Ada beberapa; misalnya, di pasar online UMKM sudah harus berhadapan dengan brand besar, sementara kemampuan manajemen masih rendah, kapasitas dan volume produksi juga relatif kecil. Kasus bakpia pathok bisa jadi pelajaran, di mana pelaku UMKM sangat banyak, dengan volume produksi yang terbatas. Di sini perlu adanya konsolidasi brand, juga perlu ada rumah produksi bersama, sehingga bisa menjadi efisien,” tambah Menteri.

MenkopUKM menegaskan, pelibatan kaum milenial yang sudah akrab dengan Teknologi Informasi (TI) akan sangat membantu UMKM, khususnya dalam masalah pemasaran di pasar digital. Kaum milenial juga bisa mendampingi UMKM dalam teknologi pengemasan dan kualitas produk.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali