Jakarta, Gempita.co — Kinerja Kementerian/lembaga setahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) disurvei Indonesia Political Opinion (IPO) pada tanggal 12-23 Oktober 2020.
Survei tersebut dilakukan dengan metode purposive sampling terhadap 170 orang pemuka pendapat (opinion leader) yang berasal dari peneliti universitas, lembaga penelitian mandiri, dan asosiasi ilmuwan sosial/perguruan tinggi.
Salah satu yang dinilai yaitu penilaian publik terhadap anggota kabinet Indonesia Maju yang paling diharapkan untuk diganti. Terawan Agus Putranto menjadi nama pertama yang mencuat dalam daftar menteri yang diharapkan publik untuk diganti.
Sebanyak 57% penilaian publik mengatakan bahwa jabatan yang diduduki oleh Terawan sebagai Menteri Kesehatan layak diganti. Posisi kedua diduduki oleh Menteri Informasi dan Komunikasi, Johny G. Plate dengan penilaian 55%.
Berikut 10 nama menteri yang diharapkan untuk diganti dengan orang lain:
1. Menteri Kesehatan, Terawan Agus P (57%)
2. Menteri Informasi dan Komunikasi, Johny G. Plate (55%)
3. Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly (47%)
4. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (44%)
5. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim (40%)
6. Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo (37%)
7. Menteri Koordinator Bidang PMK, Muhadjir Effendy (35%)
8. Menteri Perhubungan , Budi Karya Sumadi (33%)
9. Menteri Agama, Fachrul Razy (28%)
10. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (25%)
Dalam releasenya, hasil survei IPO menilai adanya kekecewaan publik terhadap presiden dan wakil presiden kabinet Indonesia Maju. Faktor kekecewaan yang paling berpengaruh adalah faktor kepemimpinan 75%, faktor keberpihakan pada rakyat 71%, faktor integritas atau ketepatan janji 66%, koordinasi antar-lembaga 69%, dan empati atau aspiratif 53%.
Dalam bidang Ekonomi, penilaian publik atas kinerja pemerintah cukup menegaskan ketidakpuasan, hal ini terlihat dari akumulasi respon buruk (51%) dan sangat buruk (6%) mencapai 57 persen. Sementara respon positif hanya mampu menyerap 43%.
“Menko Ekonomi Airlangga Hartarto sendiri mendapat respon kepuasan publik hanya di urutan ke 6 dengan persentase 36 persen, persepsi ini cukup menegaskan jika performa Airlangga dianggap mengecewakan,” ungkap Dedi Kurnia Syah, Direktur Eksekutif IPO dalam pernyataan resminya, Kamis (29/10/2020).
Menurut Dedi, kekecewaan publik atas kondisi ekonomi ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya, persepsi mahalnya harga bahan pokok (58%), sulitnya mencari pekerjaan (44%), sulitnya melakukan transaksi perdagangan/jual beli (38%) dan pengaruh lain (34%).