Batam, Gempita.co-Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2020 di Kepulauan Riau (Kepri), masyarakat diimbau untuk mencermati dan mendalami siapa sosok yang patut serta layak diperjuangkan untuk memimpin provinsi ini. Pasalnya, janji manis kontrak politik yang mengatasnamakan kepentingan rakyat kerap menjadi senjata ampuh merebut hati pemilih pada gelaran pesta demokrasi lima tahunan.
Demikian diutarakan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LSM Generasi Muda Peduli Tanah Air (Gempita) Provinsi Kepri, Yusdianto dalam keterangan pers di Kota Batam, Minggu (8/3/2020).
“Yang menjadi pertanyaan, apakah akan kita ulangi kembali di lima tahun mendatang? Lalu untuk apa kita laksanakan pesta demokrasi lima tahunan yang begitu banyak mengeluarkan biaya fantastis? Lebih baik dialihkan untuk pemerataan pembangunan. Seperti rumah layak huni yang selama ini masih banyak dipertontonkan di sepanjang pantai dan pinggiran di wilayah Provinsi Kepri,” ujar Yusdianto.
Menurutnya, jangan bangga dan terlena melihat para wisatawan asing yang tersenyum ketika berkunjung ke wilayah “Bumi Segantang”. Tanpa disadari, senyum yang mereka adalah pukulan besar bagi pemerintah daerah.
“Apakah ini potret wajah negeri yang sebenarnya? Dimana sangat lengkap dan mendetail isi yang tertuang di dalam UUD 1945 dan Pancasila. Meskipun ada, namun masih ada sebagian yang terkesan dihilangkan,” katanya.
Ia pun kembali mengajak seluruh lapisan masyarakat di Kepri agar lebih cermat dan selektif dalam menentukan masa depan provinsi ini ke tangan sosok yang benar-benar memperjuangkan rakyat. Harus secara tegas menyampaikan satu kritikan bagi para calon yang akan maju.
“Miris, ketika suara rakyat tidak lagi dianggap setelah nantinya duduk di singgasana kekuasaan, meski sudah membayar mahal untuk menghantarkan mereka di tampuk kekuasaan,” katanya.
“Perkuat benteng sendiri, lupa apa yang telah dijanjikan dan didengungkan saat masa kampanye. Sementara, masyarakat kecil menggantungkan nasib dan harapannya pada pilihan mereka agar kelak peroleh perubahan sesuai pengharapan. Ingat itu..!,” pesan Yusdianto.
Gempita, lanjutnya, akan terus melakukan pemantauan kinerja bagi yang terpilih nantinya. Bukan 100 hari kerja, melainkan selama 5 tahun kepemimpinan.
Jangan Peralat Masyarakat
“Bersatu Dalam Kebersamaan, Bersama Dalam Kesatuan itu yang kami pegang teguh sampai ke seluruh pelosok negeri. Lebih baik urungkan niat maju bila hanya memperalat masyarakat dengan janji politik yang dijadikan sebagai tameng. Daripada kelak menyesal nantinya karena keburukan dan kebusukan akan muncul kepermukaan dan terbongkar sebelum habis masa kepemimpinan,” ujarnya.
Masih menurut Yusdianto, bila menganggap Gempita ancaman bagi sosok yang ingin maju memperjuangkan masa depan Kepri, itu wajar saja. Tapi itu berlaku bagi mereka yang punya niatan kotor dikemas pengabdian.
“Gempita sangat diharapkan bagi yang murni memperjuangkan Kepri, Gempita adalah partner dan sahabat mereka mengawal pemilihan yang benar dan tidak dipolitisir. Sekali lagi saya menghimbau bagi seluruh lapisan masyarakat Kepri dimanapun berada. Lebih baik kehilangan muka daripada kehilangan marwah,” tandasnya.
“Untuk apa kita punya muka, tapi tidak dapat memandang tegak lurus kedepan karena marwah yang kita perjualbelikan. Mari bersatu dalam kebersamaan mengawasi dan mengawal proses pemilihan tersebut, sehingga dengan kebersamaan menjadi kesatuan yang utuh karena kebersamaan dalam kesatuan,” pungkasnya.