Kabar baik, Mulai Tahun Depan Jawa Barat Siap Laksanakan Vaksin Gratis

ilustrasi

BANDUNG, Gempita.co- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Berli Hamdani, mengatakan program imunisasi segera dilaksanakan di Jawa Barat, bersama tiga provinsi lainnya pada Januari 2021.

Berli mengatakan fokus vaksin PCV adalah untuk mencegah penyakit pneumonia pada balita dan sudah dipersiapkan sejak tahun 2019, bersama Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Barat.

Bacaan Lainnya

Selema ini diketahui pneumonia bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat.

Beberapa gejala yang umumnya dialami penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas.

Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah yang bisa menyebabkan kematian.

“Jabar Insyaallah siap. Kami optimistis program vaksinasi ini bakal bisa menekan jumlah penderita di Jawa Barat,” katanya melalui ponsel, Minggu (6/12).

Berli mengatakan kasus pneumonia di Jabar kebanyakan menyerang anak balita. Jumlah kasusnya mencapai 114.753 kasus.

Sementara kasus pada pasien usia lebih dari 5 tahun, tercatat 28.730 kasus.

Pneumonia menjadi salah satu penyakit yang harus dihindarkan terjadi di tengah pandemi Covid-19 karena penyakit ini dapat meningkatkan resiko kesehatan masyarakat.

Sejauh ini, Dinkes Jabar sudah melakukan berbagai langkah menekan angka kasus, di antaranya dengan deteksi dini kasus pneumonia di puskesmas dan kini dengan vaksin PCV secara gratis dari pemerintah.

Vaksin pneumonia selama ini hanya bisa diakses warga secara terbatas dengan harga Rp 750 ribu satu dosis. Balita biasanya diberikan dua kali vaksin PCV hingga usia 5 tahun.

Selain tergolong mahal, vaksin pneumonia belum dianggap menjadi kebutuhan vaksin dasar yang menjadi prioritas program imunisasi nasional seperti Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan campak.

“Ini gratis disediakan sehingga bisa lebih efektif memberikan perlindungan sampai 100 persen dari kemungkinan balita terinfeksi pneumonia,” kata Berli.

Untuk tahap awal, sasaran program imunisasi PCV akan fokus pada bayi berusia 2 sampai 23 bulan atau di bawah 2 tahun.

Persiapan program vaksin PCV sudah dilakukan dengan sosialisasi kepada lebih dari 5.000 tenaga vaksinator di 1.084 Puskesmas se-Jawa Barat.

Masing-masing Puskesmas sudah mengajukan micro-planning pelaksanaan imunisasi PCV yang kemudian disampaikan secara berjenjang sampai ke Kemenkes RI untuk mengantisipasi dan tata kelola logistik serta program pendukung lainnya.

Terkait pemahaman masyarakat terhadap pneumonia, menurut Berli, upaya promosi kesehatan kepada masyarakat tentang pneumonia juga terus menerus disosialisasikan secara berjenjang dari Kemenkes sampai petugas dan kader di lapangan.

“Masyarakat sering menyalahartikan dengan tuberkulosa, bahkan asma. Padahal kan berbeda penanganannya dan pencegahannya. Makanya kami harus terus edukasi,” katanya.

Pelaksanaan imunisasi PCV akan digelar di 27 kabupaten dan kota di Jabar.

Program ini dimasukan dalam program imunisasi dasar rutin di puskesmas.

Terkait efek samping pemberian vaksin PCV, kata dia, hampir sama dengan imunisasi rutin lainnya.

Gejalanya biasa ada sedikit demam sebagai efek reaksi vaksin di tubuh penerima.

Terkait protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dalam pemberian vaksin nanti, Berli meminta masyarakat tak perlu khawatir karena dipastikan menggunakan protokol kesehatan.

“Pelaksanaan imunisasinya aman nggak pakai kerumunan. Kan sejak pandemi, pelaksanaan program rutin fasyankes Jabar termasuk Puskesmas sudah dengan protokol kesehatan yang ketat.

Semua disesuaikan dengan sasaran dan tujuan pelaksanaan program, termasuk imunisasi,” katanya.

Terkait pelaksanaan vaksin Covid-19, kata dia, masih menunggu jadwal. Namun simulasi di Jabar sudah dilakukan sebanyak tiga kali di Depok, Bogor, dan Bekasi.

Jika vaksin datang, pihaknya sudah punya jadwal pelaksanaan vaksinasi.

Dokter spesialis anak di Kota Depok, dr Farabi El Fouz, menyambut baik adanya program vaksin pneumonia (PCV) gratis dari pemerintah yang ditargetkan hadir di empat provinsi, termasuk Jawa Barat.

Namun, dia meminta pemerintah mempergencar sosialisasi karena sampai saat ini sosialisasi baru diketahui lebih banyak oleh kalangan tenaga kesehatan, belum meluas pada masyarakat terutama orang tua yang memiliki balita.

“Banyak orang tua belum paham urgensi dari vaksin PCV, apalagi sekarang tertutup lagi dengan gencarnya pemberitaan akan adanya vaksin Covid-19. Seharusnya para orang tua diberi pemahaman lebih banyak untuk mengetahui apa kebaikan dari vaksin PCV agar tidak terjadi penolakan,” katanya.

Sosialisasi gencar menjadi kata kunci kesuksesan program vaksin PCV.

Selain itu, dia menyarankan pemerintah lebih tanggap merespon tingkat kecerdasan masyarakat yang makin terbuka pemikirannya tentang efek vaksin.

Sehingga, Farabi menilai pentingnya kesiapan pemerintah menyediakan hotline 24 jam untuk menerima keluhan tentang kejadian ikutan pasca imunisasi.

Termasuk cara menangani masalah dan keluhan yang masuk agar ada kepastian dari sisi mitigasi kasus pasca imunisasi yang meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.

Farabi meyakinkan vaksin PCV yang akan gratis diberikan mulai Januari 2021 sangat penting untuk kondisi pandemi saat ini.
Pentingnya sama dengan Covid-19 karena sama-sama bisa menyebabkan kematian.
Jika tidak dilakukan penindakan, akan berbahaya bagi anak.

Pos terkait