Jakarta, Gempita.co-Kementerian Kesehatan melaporkan kasus baru Covid-19 per Jumat (4/12) mencapai 5.803.
Dengan begitu, total orang terinfeksi virus corona di Indonesia mencapai 563.680.
Mayoritas penambahan kasus baru berasal dari Pulau Jawa. Seperti DKI Jakarta dengan 1.092 dan Jawa Barat sebanyak 992.
Disusul oleh Jawa Tengah dengan 891 dan Jawa Timur sebanyak 564.
Penambahan angka positif itu memang lebih rendah dari hari sebelumnya sebanyak 8.369.
Begitu juga dengan jumlah tes yang lebih rendah dibandingkan Kamis (3/12). Pada saat itu, orang yang dites mencapai 45.479 dengan spesimen 62.397.
Sedangkan pada hari ini, jumlah orang yang dites hanya 39.735 dan spesimen 59.365.
Dengan penambahan tes tersebut, total orang yang telah diperiksa per 4 Desember 2020 mencapai 3,99 juta dan spesimen mencapai 5,92 juta.
Tingkat positif Indonesia pun mencapai 14,1%, jauh di atas standar WHO sebesar 5%, yang menandakan penularan Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan penularan virus corona yang tinggi bakal terus menyebabkan jumlah kasus melonjak. Sedangkan tingkat penularan virus yang rendah, tidak akan menghasilkan peningkatan kasus meskipun jumlah tes diperbanyak.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat bersama-sama mencekan penularan virus corona. Caranya dengan mematuhi protokol 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
“Bukan hanya tracing dan testing, tetapi perubahan perilaku 3M yang menjadi kunci,” kata Wiku dalam acara “Pandemi Belum Berakhir:Patuhi Protokol Kesehatan” secara virtual pada Jumat (4/12).
Angka Kematian Akibat Covid-19 Masih Tinggi
Kemenkes juga mencatat penambahan jumlah orang yang sembuh dari Covid-19 mencapai 3.625. Sehingga total kasus sembuh per 4 Desember 2020 mencapai 466.178.
Meski begitu, tingkat kematian masih cukup tinggi. Pada Jumat (4/12), angka kematian akibat Covid-19 bertambah 124 orang. Sehingga total kasus meninggal mencapai 17.479.
Wiku mengatakan peningkatan angka kematian bisa dipengaruhi oleh dua faktor, salah satunya terkait layanan rumah sakit yang tidak mampu menyembuhukan pasien. Faktor lainnya yaitu stigma negatif mengenai Covid-19.
Stigma negatif itu menyebabkan banyak orang tidak mau mengakui bahwa mereka bergejala Covid-19. Hal itu mengakibatkan banyak orang pergi ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah parah dan terlambat untuk ditangani tenaga medis.
“Kalau mereka cepat dirawat dan ditangani lebih awal, mereka bisa sembuh dengan cepat,” ujar Wiku.