Jakarta, Gempita.co – Ikan torsoro (Torsoro) atau ikan kancra merupakan salah satu ikan lokal yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpotensi menjadi salah satu ikan komoditas ekspor. Pengembangan budidaya ikan ini masih terkendala rendahnya produktivitas induk serta lambatnya pertumbuhan benihnya.
Melihat kondisi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), melakukan riset untuk meningkatkan produksi ikan Torsoro, melalui aplikasi pakan induk dan pendederan.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) KKP Yayan Hikmayani di Jakarta, Kamis (29/10).
Yayan mengatakan, riset tersebut dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor, di bawah supervisi Pusriskan. BRPBATPP memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan riset di bidang teknologi budidaya air tawar. Salah satu subbidang yang dikerjakan adalah riset nutrisi dan teknologi pakan ikan.
Kepala BRPBATPP Nurhidayat mengatakan, dengan dipimpin oleh peneliti Mas Tri Djoko Sunarno bersama dengan penyuluh perikanan, pihaknya melakukan aplikasi pakan khusus induk dan pendederan ikan torsoro di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Mina Kancra Ciburial, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Hasil aplikasi teknologi pakan ini di lapangan menunjukkan teradopsinya teknologi budidaya ikan torsoro. Selain itu, hasil menunjukkan peningkatan performa reproduksi induk ikan torsoro. Sebelum aplikasi pakan pembudidaya hanya mampu memijahkan ikan torsoro 1-2 kali setahun, namun kini menjadi 3-5 kali setahun.
Meningkat
Hal ini berdampak terhadap kenaikan produksi benih ikan torsoro sebesar 114,3%, dimana sebelum aplikasi produksi benih hanya 42.000 ekor per tahun, kini meningkat menjadi 90.000 ekor per tahun.
Pendapatan masyarakat pun, menurut Nurhidayat, meningkat setelah mengadopsi teknologi ini. Pembudidaya ikan torsoro di bawah binaan BRPBATPP sebelum adanya teknologi pakan induk torsoro berpenghasilan sekitar Rp 4,6 juta per bulan dan sekarang setelah mengadopsi teknologi ini meningkat menjadi Rp 8,7 juta per bulan.
Dampak lain yang terjadi adalah meningkatnya pembudidaya ikan torsoro di wilayah Sumedang, dari awalnya hanya 10 orang meningkat drastis menjadi 50 orang pendeder ikan torsoro.
“Teknologi ini menjadi role model bagi peningkatan budidaya ikan torsoro melalui pakan induk bagi wilayah lain di Indonesia. Dampak lain kegiatan ini adalah dapat terciptanya kawasan inovasi budidaya ikan torsoro di Kabupaten Sumedang,” ujarnya.
Sumber: Humas BRSDM