KKP Siapkan Strategi Penuhi Kebutuhan Pakan Akuakultur Berkualitas

FOTO: HUMAS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

Jakarta, Gempita.co – Seiring dengan kebutuhan pakan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun diperlukan penambahan kapasitas produksi dan sebaran distribusi yang semakin merata ke wilayah Indonesia, agar ketersediaan pakan ikan/udang ini dapat terpenuhi.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat membuka Indonesian Aquafeed Conference 2020 yang dilaksanakan secara daring melalui platform digital (13/10).

Konferensi ini turut dihadiri oleh Ketua Masyarakat Akuakutur Indonesia (MAI), Asisten Deputi Pengembangan Perikanan Budidaya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), perwakilan dari United States Soybean Export Council (USSEC), praktisi, pengusaha pakan, akademisi serta stakeholder di bidang perikanan budidaya.

Slamet menjelaskan bahwa dari total target produksi perikanan budidaya pada tahun 2024 yang mencapai 22,65 juta ton, 41,5 persen diantaranya merupakan ikan dan udang yang memerlukan pakan untuk pencapaiannya. Estimasi kebutuhan pakan dari target produksi tersebut mencapai hingga 12-13 juta ton pakan sehingga memerlukan dukungan ketersediaan pakan baik dari pabrikan maupun produksi pakan mandiri.

“Guna memenuhi kebutuhan akan pakan tersebut, sejak tahun 2015 KKP telah menginisiasi program Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) yang secara aktif mendorong penggunaan bahan baku alternatif lokal dengan kualitas dan harga yang bersaing” lanjut Slamet.

Slamet juga menyampaikan apresiasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan kepada para produsen pakan yang saat awal pandemi Covid-19 sepakat menunda kenaikan harga pakan, sehingga tidak menimbulkan kepanikan para pembudidaya yang tengah mengalami kesulitan.

“Selain itu, untuk melindungi usaha produsen pakan mandiri maupun pabrik agar dapat berkelanjutan, baik secara lingkungan maupun secara ekonomi, KKP secara konsisten terus melakukan standardisasi kualitas pakan melalui proses pendaftaran pakan yang beredar baik yang di produksi maupun yang impor” ujar Slamet.

Sebagai informasi sampai dengan September 2020, jumlah pakan ikan yang telah terdaftar di KKP sebanyak 1.506 merek. Pakan ikan/udang yang telah terdaftar tersebut terdiri dari pakan yang diproduksi produsen pakan industri/importir sebanyak 1.472 merek, produsen pakan ikan mandiri 19 merek dan produsen UPT Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 15 merek pakan.

“Dengan adanya tantangan perikanan budidaya ke depan untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan yang efisien dan berkualitas, kami harapkan agar seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang pemenuhan kebutuhan pakan dapat berkerjasama dan selalu berkoordinasi untuk kesejahteraan bersama” pungkas Slamet.

Sementara itu Ketua MAI, Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa subsektor perikanan budidaya, yang merupakan sektor dengan pertumbuhan paling cepat dalam ekonomi pangan dunia dapat memberikan kesempatan kerja yang besar bagi masyarakat, menciptakan multiplier effect yang besar, dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, terutama di daerah pesisir dan pedesaan.

“Dengan potensi yang begitu besar, pemerintah menempatkan perikanan budidaya sebagai salah satu prioritas utama pembangunan ekonomi negara. Pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk melakukan ekspansi besar-besaran dalam industri akuakultur, yang sebagian besar akan didasarkan pada spesies yang diberi makan seperti udang dan ikan tropis (seabass, kerapu, kakap, silver pompano)” tutur Rokhmin.

Rokhmin juga memaparkan bahwa pemerintah telah mengambil langkah strategis dengan membentuk komite pengarah penyediaan tepung ikan untuk pengembangan produksi akuakultur. Komite akan memastikan agar mendapatkan pemahaman yang benar mengenai penggunaan bahan pakan saat ini, menganalisis kebutuhan banah baku tepung ikan serta melakukan kajian mengenai tingkat produksi tepung ikan lokal beserta sumbernya.

“Langkah selanjutnya untuk Komite Pengarah adalah mengembangkan strategi dan rencana kerja 5 tahun untuk memastikan bahwa perluasan produksi akuakultur yang diusulkan dapat dicapai dan berkelanjutan dengan basis informasi yang kuat sebagai pendukung strategi tersebut” tutup Rohmin.

Ketua Divisi Akuakultur GPMT, Haris Muhtadi mengungkapkan bahwa dalam menghadapi pandemi Covid-19, Indonesia termasuk negara yang tangguh dibandingkan dengan negara lain di dunia, karena kebijakan dan langkah antisipatif yang diterapkan oleh pemerintah berimbas kepada penurunan produksi nasional yang sangat kecil.

“Kami sangat berberterimakasih kepada KKP yang sangat responsif terhadap aspirasi dari pembudidaya maupun dari pabrik pakan. Terbukti dengan telah dilakukannya penyederhanaan drastis terkait perizinan oleh pemerintah melalui KKP” ucap Haris.

Haris berharap dari pelaksanaan konferensi ini dapat menghasilkan poin penting untuk dapat mengantisipasi persaingan di masa depan yang akan semakin ketat, baik di dalam maupun luar negeri. “Event ini menjadi kesempatan yang baik untuk mengkaji dan menggali ilmu dari para pakar serta mendapatkan pembaruan informasi dari aspek sains maupun produksi” imbuh Haris.

Pos terkait