Jelang Imlek, Rempah-rempah dari Indonesia Makin Dilirik Pasar Tiongkok

Rempah-rempah Indonesia Tiongkok
Ilustrasi

Gempita.co – Menjelang Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi, pasar rempah-rempah di Tiongkok menunjukkan penjualan yang meningkat. Di Pasar Perdagangan Rempah-rempah Internasional Yulin di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, arus kendaraan datang dan pergi, dan rempah-rempah khas Indonesia akan dijual ke seluruh penjuru Tiongkok dari tempat ini.

“Indonesia merupakan daerah penghasil utama rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan Bushy Knotweed Herb. Rempah-rempah dari Indonesia ini memiliki kualitas yang bagus dan sangat penting bagi banyak perusahaan pengolahan makanan. Prospek pasarnya sangat menjanjikan,” kata Qin Feng, pemimpin Guangxi Gui Baiwei Agricultural Products Co., LTD dilansir dari Xinhua, Kamis (8/2/2024).

Bacaan Lainnya

Perusahaan Qin itu mulai terjun ke pasar luar negeri pada 2020. Setelah serangkaian upaya dengan membidik pasar Indonesia, dan perusahaannya mulai berkembang menjadi lebih besar dan lebih kuat.

Adanya pasar perdagangan Rempah Internasional Yulin, dapat memperdalam kerja sama dengan para pedagang Indonesia.

Pasar Perdagangan Rempah-rempah merupakan platform untuk mempertemukan cita rasa dari seluruh dunia. Hampir 30 jenis rempah-rempah seperti lada, cengkeh, dan jintan diimpor dari India, india, Vietnam, dan tempat lain. Rempah-rempah ini dikumpulkan dan didistribusikan di Yulin, lalu dijual ke seluruh dunia.

Yulin, tempat Qin Feng tinggal, merupakan jalur penting dan simpul utama Jalur Sutra Maritim kuno. Kota ini telah menjadi pusat budi daya dan distribusi rempah-rempah utama di China dan Asia Tenggara sejak zaman kuno. Bahkan, ada pepatah lama yang mengatakan bahwa Yulin telah mengumpulkan semua rempah-rempah dan bumbu.

Area penanaman rempah-rempah di Yulin mencapai lebih dari 250 ribu hektare, dengan area penanaman rempah-rempah berharga seperti adas manis dan kayu manis mencapai hampir 66 ribu hektare.

Hingga 80 persen perdagangan rempah-rempah domestik dan lebih dari dua pertiga perdagangan rempah-rempah dunia didistribusikan melalui Yulin, dengan volume transaksi tahunan mencapai 800.000 ton dan total hampir 4,2 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.734) rempah-rempah impor.

Seiring dengan hubungan antara China dan Indonesia yang semakin hangat, kerja sama ekonomi dan perdagangan pun menjadi semakin erat. Di bawah kerangka acara tahunan China-ASEAN Expo, Yulin menggelar pameran Rempah-rempah China-ASEAN Expo, dan mengundang Indonesia, India, Korea Selatan, dan asosiasi rempah-rempah internasional lainnya berpartisipasi dalam pameran tersebut, berbagi berbagai peluang kerja sama baru.

Yulin dan Indonesia merupakan tempat produksi dan transportasi yang penting bagi komoditas rempah-rempah, dan inilah salah satu alasan saya memilih Indonesia,” kata Qin.

Indonesia kaya akan rempah-rempah dan memiliki reputasi sebagai negara penghasil rempah-rempah. Sejarah mencatat bahwa sejak Abad Pertengahan, Indonesia telah menjadi salah satu pemasok rempah-rempah penting di dunia.

Untuk mendorong perkembangan industri rempah-rempah yang baik, Indonesia telah mengambil serangkaian langkah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk meningkatkan publisitas, mempromosikan ekspor, membudidayakan spesies baru, dan meningkatkan produksi.

Permintaan dunia yang terus meningkat akan rempah-rempah telah memberikan ruang pasar yang besar bagi industri rempah-rempah global. Tuntutan pasar yang terus meningkat akan rempah-rempah berkualitas serta varietas rempah-rempah baru juga memberikan keuntungan bagi Indonesia, yang memiliki sumber daya alam yang unggul dan beragam, serta kekayaan rempah Indonesia mendulang popularitas di kancah dunia.

September tahun lalu, delegasi dari Indonesia mengunjungi pasar rempah-rempah dan menandatangani perjanjian kerja sama strategis. “China-ASEAN Expo juga telah menyediakan platform kerja sama bagi kami, dan perusahaan tersebut mengimpor rempah-rempah senilai lebih dari 50 juta RMB dari Indonesia setiap tahunnya,” kata Qin Feng.

Dengan semakin banyaknya rempah-rempah Indonesia yang masuk ke China, banyak orang Indonesia di China yang dapat merasakan cita rasa kampung halaman. Meili, seorang guru asal Bandung di Universitas Guangxi Minzu, sangat antusias untuk kembali mencicipi cita rasa kampung halamannya setelah tinggal di China selama 18 tahun dan dia kini menjadi menantu perempuan dari keluarga China.

“Iklim Guangxi dan Indonesia mirip dan buah dengan sausnya hampir sama. Setiap menyantap makanan yang mengandung kencur di sebuah restoran, saya merasa seperti di kampung halaman sendiri,” kata Meili.(Xinhua)

Pos terkait