Jakarta, Gempita.co – Tahun ini, Imlek akan jatuh pada tanggal 12 February 2021.
Saat kue keranjang mulai menjamur dijajakan di pasaran atau pun pertokoan, saat itu lah menjadi pertanda bahwa Imlek sebentar lagi tiba.
Menyantap dan membagikan kue keranjang saat Imlek tiba sudah menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan oleh leluhur orang-orang Tionghoa.
Berbagai hidangan khas Imlek dipercaya memiliki filosofi kemakmuran. Salah satunya adalah kue keranjang.
Kue cokelat manis ini dibawa oleh para orang-orang Tiongkok yang migrasi ke Indonesia sejak 1-6 SM.
Kue keranjang terbuat dari adonan tepung ketan dan gula yang dicetak dalam sebuah keranjang kecil berbentuk bulat dan berlubang.
Itu sebabnya kue ini disebut kue keranjang.
Kue keranjang itu lengket, kenyal, dan manis rasanya, mirip dengan dodol. Oleh karena itu, di Jawa Barat kue ini disebut dodol cina
Nama kue ini sebenarnya nian gao. Nian artinya tahun. Gao artinya kue.
Nian gao adalah kue tahunan yang hanya keluar setahun sekali yaitu sekitar tahun baru Imlek.
Kue keranjang memiliki filosofi atau simbol-simbol yang melambangkan kemakmuran, diantaranya adalah:
Nama kue ini sebenarnya nian gao. Nian artinya tahun. Gao artinya kue.
Nian gao adalah kue tahunan yang hanya keluar setahun sekali yaitu sekitar tahun baru Imlek.
Kue keranjang memiliki filosofi atau simbol-simbol yang melambangkan kemakmuran, diantaranya adalah:
Kuenya lengket melambangkan persaudaraan yang semakin erat dan rukun.
Rasanya manis melambangkan kehidupan yang ceria, penuh keberuntungan dan siapa yang memakannya akan berkata baik-baik.
Bentuknya bulat melambangkan persatuan, kerukunan, keceriaan, keberuntungan, dan kesuksesan.
Kue ini ditaruh di meja altar sejak seminggu sebelum Imlek dan baru boleh dimakan setelah hari raya Cap Go Meh.
Secara tradisi, kue keranjang adalah kue pertama yang dimakan di tahun baru Imlek.
Dengan menyantap kue yang manis itu, diharapkan sepanjang tahun itu hidup akan berjalan dengan manis penuh keberuntungan.
Secara tradisi, kue keranjang adalah kue pertama yang dimakan di tahun baru Imlek.
Dengan menyantap kue yang manis itu, diharapkan sepanjang tahun itu hidup akan berjalan dengan manis penuh keberuntungan.
Kue ini pun tak boleh disajikan sembarangan.
Paling tidak jangan menyajikannya dalam jumlah empat potong.
Karena bagi orang Tionghoa, empat atau shi artinya mati dan bukan merupakan hal baik atau akan bernasib sial.
Lebih baik menyajikannya dalam jumlah ganjil.
Kalau pun akan disajikan dalam jumlah genap, paling baik disajikan enam buah.
Dan yang tak boleh dilupakan, kue keranjang disusun menjulang ke atas dengan makna agar segala doa bisa tersampaikan kepada dewa-dewa di atas.
Sumber: berbagai sumber