Jakarta, Gempita.co – Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa suara ledakan Buleleng yang menghebohkan mirip dengan peristiwa serupa di Bone 8 Oktober 2009.
“Pada 8 Oktober 2009 warga Bone mendengar ledakan disertai getaran kaca-kaca rumah mereka. Warga juga melihat jejak asap di langit,” beber Thomas dikutip Suara.com.
Sensor gempa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geogifisika (BMKG) terdekat juga merekam getaran 1,9 magnitudo.
Rentetan ini mirip dengan yang dilaporkan dari Buleleng pada Minggu pagi. Warga melaporkan mendengarkan suara ledakan keras dan beberapa orang mengaku melihat bola api di langit.
BMKG juga kemudian mengumumkan sensor gempanya mendeteksi getaran bermagnitudo 1,1.
Dalam peristiwa Bone 2009, Lapan menduga bahwa ledakan dipicu oleh asteroid. Dugaan Lapan kemudian dikonfirmasi oleh badan antariksa Amerika Serikat yang menemukan bukti ledakan asteroid di atas Bone.
Asteroid itu diameternya sekitar 10 meter sehingga efek ledakannya tidak menyebabkan kerugian material maupun jatuhnya korban.
“Dugaan Lapan bahwa itu meteor besar akhirnya mendapat bukti dari peneliti NASA. Data infrasound (NASA) mengindikasikan adanya asteroid jatuh yang diperkirakan berdiameter 10 meter,” ujar Thomas.
Adapun suara ledakan, lanjut Thomas, adalah akibat dari gelombang kejut saat asteroid meledak.
“Asteroid itu menimbulkan gelombang kejut yang terdengar sebagai ledakan. Diduga asteroid tersebut berukuran beberapa meter, lebih kecil daripada asteroid Bone,” tutup Thomas.
Namun hingga berita ini ditayangkan belum bisa dipastikan dengan bukti-bukti kuat apa penyebab suara ledakan Buleleng pada Minggu pagi.
Sumber: Shara.com