Tokoh Masyarakat Bitung Deklarasi Damai: Tak Ada Dendam Berkelanjutan!

Gempita.co – Deklarasi damai, Selasa (28/11), usai bentrok antara organisasi masyarakat adat Manguni Makasiouw yang dituding pro-Israel dengan massa Barisan Solidaritas Muslim (BSM) yang menggelar aksi bela Palestina.

Para tokoh masyarakat di Bitung, Sulawesi Utara telah mendeklarasikan perdamaian pada Selasa (28/11) usai bentrok antara organisasi masyarakat adat Manguni Makasiouw yang dituding pro-Israel dengan massa Barisan Solidaritas Muslim (BSM) yang menggelar aksi bela Palestina.

Sejumlah pakar meminta agar pemicu bentrok tersebut dideteksi dan ditangani secara konstruktif agar “tidak dipolitisasi” dan mencegah potensi konflik serupa di masa depan.

Ketua Setara Institute, Ismail Hasani, mengatakan kalau pun bentrok tersebut benar-benar dipicu oleh isu Palestina-Israel, maka itu adalah imbas dari pemahaman keliru yang mengaitkan konflik ini dengan sentimen agama.

Polisi mengatakan satu orang tewas dan dua orang lainnya terluka dalam bentrokan yang terjadi pada Sabtu (24/11). Polisi telah menangkap sembilan orang tersangka sejak saat itu.

Dalam deklarasi pada Selasa, tokoh-tokoh masyarakat Bitung menyatakan sepakat untuk mengakhiri konflik secara damai.

“Masyarakat adat Minahasa dan BSM (Barisan Solidaritas Muslim) bersatu padu dan menyatakan tidak konflik lagi serta mengedepankan kedamaian di atas segala-galanya,” kata Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Bitung Pendeta Raymond Manopo dan tokoh muslim Bitung Habib Abdullah Bin Ali Binsmith, yang membacakan deklarasi secara bersamaan, dikutip dari Detik.com.

Namun Ismail mengingatkan perdamaian yang dideklarasikan oleh para tokoh itu juga menyentuh seluruh lapisan masyarakat agar tak ada “dendam berkelanjutan”.

Kapolres Bitung, AKBP Tommy Bambang Souissa, mengatakan bahwa insiden ini berawal ketika organisasi masyarakat adat Manguni Makasiouw mengajukan izin keramaian untuk perayaan Hari Ulang Tahun.

Izin tersebut diajukan satu pekan sebelum bentrokan terjadi. Menurut Tommy, acara itu pun mendapat izin dari kepolisian serta Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Bitung.

Beberapa hari setelahnya, polisi kembali menerima permohonan izin dari salah satu organisasi masyarakat keagamaan.

“Setelah mengkaji, kami berpandangan dengan mempertimbangkan situasi keamanan, secara tertulis kami menyatakan bahwa kami tidak memberi izin,” kata Tommy dalam konferensi pers pada Minggu.

Pada hari kejadian, massa Barisan Solidaritas Muslim (BSM) yang menggelar aksi bela Palestina dengan atribut bendera Palestina, melintas di lokasi tempat digelarnya acara ormas Manguni Makasiouw.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan momen saat bentrokan terjadi. Sejumlah orang memegang senjata tajam, melempar, dan merusak ambulans. Salah satunya juga tampak membawa bendera Israel.

Tangkapan layar dari video bentrokan yang beredar di media sosial, memperlihatkan salah satu orang yang diduga bagian dari ormas adat membawa bendera Israel.

Sejauh ini, polisi belum merinci mengapa bentrokan tersebut terpantik.

“Ini sifatnya spontanitas terjadi di lapangan muncul begitu saja. Motif kami akan lebih dalami lagi,” kata Rommy.

Polisi kemudian mengamankan lokasi bentrokan. Malam itu juga, perwakilan dari kedua belah pihak mendeklarasikan kesepakatan damai.

Sejauh ini, tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan yang menyebabkan satu korban tewas dan dua korban lainnya terluka. Salah satu tersangka disebut masih anak-anak.

Untuk menjamin situasi keamanan di Bitung, Kapolda Sulawesi Utara, Irjen Setyo Budyanto, mengatakan aparat gabungan masih akan berpatroli dalam beberapa hari ke depan.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali