Menkes Ungkap Risiko Bagi Masyarakat yang Belum Pernah Divaksin

Asang Ruby, Direktur PT Media Gempita Nusantara, yang juga Ketua Ketua Harian DPP LSM Gempita, usai divaksin Covid-19 di Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (22/2/2021)/Foto:istimewa

Jakarta, Gempita.co – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan masyarakat yang sama sekali belum menerima vaksin akan berisiko meninggal pada gelombang Covid-19 Omicron Subvarian baru seperti XBB, BQ.1 hingga BA.2.75.

Hal ini berdasarkan data kematian pasien Covid-19 di rumah sakit dalam sebulan terakhir. Persentase pasien yang meninggal paling banyak datang dari mereka yang sama sekali belum divaksin.

Bacaan Lainnya

“Masyarakat yang belum divaksin sangat berisiko meninggal di gelombang Covid-19 kali ini,” kata Budi, Kamis (17/11/2022) kemarin.

Budi mengungkapkan sejumlah data pasien Covid-19 yang dihimpun dari rumah sakit per Selasa (15/11). Tercatat, 47 persen atau 221 orang yang meninggal selama kurun waktu 4 Oktober-15 November 2022 belum menerima vaksin Covid-19 sama sekali.

“Kemudian 26 persen atau 122 orang sudah menerima vaksin Covid-19 dua dosis, dilanjutkan 19 persen atau 88 orang yang sudah menerima booster pertama. Lalu 7 persen atau 33 orang baru menerima vaksin dosis pertama, dan 1 persen atau 3 orang lainnya masih belum diketahui,” ungkap Menkes.

Selain berdasarkan status vaksinasi, Budi juga membeberkan dari 467 kematian Covid-19 selama 4 Oktober-15 November 2022, golongan warga lanjut usia (lansia) paling mendominasi.

Rinciannya, 59 persen atau 275 kasus kematian datang dari usia 60 tahun ke atas. Kemudian 35 persen atau 163 dari usia 19-59 tahun, 4 persen atau 21 orang dari usia 0-5 tahun. Lalu masing-masing 1 persen atau empat orang dari golongan usia 6-11 tahun dan 12-18 tahun.

“Vaksin ini sangat penting untuk melindungi kita terutama yang usia lanjut. Kalau sudah booster, maka risiko kesakitan dan kematian karena Covid-19 turun jauh dibandingkan yang belum vaksin,” ujar Budi.

Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia mulai melonjak, baik dari kasus positif atau konfirmasi harian maupun warga yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

Kasus Covid-19

Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan harian pemerintah, tercatat selama periode 10-16 November, jumlah kumulatif kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 44.384 kasus. Sementara pada periode 3-9 November, kasus konfirmasi Covid-19 berjumlah 35.248 orang.

Sedangkan pada periode 3-9 November, kasus warga yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19 berjumlah 257 kasus, dan sepekan setelahnya bertambah menjadi 301 kasus atau meningkat sebanyak 17,12 persen.

Jumlah testing mingguan Covid-19 di Indonesia juga terpantau mengalami tren kenaikan kendati tak signifikan. Selama periode 3-9 November misalnya, sebanyak 195.541 orang telah diperiksa. Sepekan setelahnya, jumlah warga yang diperiksa naik menjadi 214.625 orang.

Capaian pemeriksaan Covid-19 di Indonesia dihitung dari hasil pemeriksaan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) alias tes swab, tes cepat molekuler (TCM), dan rapid test antigen.

Pos terkait