Menkop UKM Siapkan Model Bisnis Korporasi Petani dan Nelayan

Nelayan dan Petani - foto: Istimewa

Jakarta, Gempita.co – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyiapkan model bisnis korporasi petani dan korporasi nelayan yang diharapkan dapat direplikasi di berbagai tempat di tanah air.

“Kami menyiapkan ‘piloting business model’ korporasi petani atau nelayan yang kami replikasi di berbagai tempat; ada beberapa, misalnya beras seluas 800 hektar di Demak, kelapa sawit di Pelalawan Riau, serta beberapa komoditas lain yang bagus untuk piloting kerja sama antar kementerian,” kata Teten seusai rapat terbatas secara virtual yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengenai Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi” dari Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (6/10)

Bacaan Lainnya

Menurut Teten, pihaknya telah bekerja sama dengan Belanda, misalnya, untuk mengembangkan model koperasi pertanian yang dapat dijadikan model bisnis koperasi di tanah air.

Teten berharap pengembangan koperasi yang lebih modern akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani atau nelayan, yang akan dapat memetik profit dari bisnis model yang dikembangkan.

“Tidak bisa lagi petani, nelayan, dan UMKM berusaha sendiri secara perorangan, dalam skala kecil, tapi harus bergabung dalam skala efisien, sehingga kami dorong mereka untuk bergabung dalam koperasi,” ujarnya.

Pihaknya juga mengembangkan model bisnis misalnya untuk petani sawit di Pelelawan, Riau, yang didorong untuk berkoperasi untuk kemudian membangun pengolahan CPO.

Selain itu, petani beras di Demak, Jawa Tengah, didorong untuk mengembangkan sawah seluas 100 hektar untuk produknya yang diekspor, dan sebagian masuk ke pasar ritel domestik. Bahkan ketika permintaan terus meningkat, para petani tersebut dapat memperluas lahan usaha hingga 800 hektar.

“Mereka berkoperasi, kemudian membentuk PT dan membangun pabrik besar modern, dengan investasi hingga Rp40 miliar, dengan Rp12 miliar di antaranya diperoleh dari koperasi petani. Model seperti ini nanti kita integrasikan ke sistem pembiayaan KUR untuk petani penggarap dalam mengembangkan padi,” imbuhnya.

Teten mengatakan pihaknya juga akan memperkuat koperasi sebagai korporasi petani dan nelayan dari sisi pembiayaan, dengan menyediakan dana bergulir dari LPDB-KUMKM.

“Koperasi diperkuat pembiayaannya dari LPDB-KUMKM, jadi koperasi beli gabah, dan baru diolah RMI, dan nanti yang menjual ke market adalah koperasi, agar petani mendapat keuntungan dari seluruh proses; sejak penanaman, pengolahan, sampai dengan ‘end product’, seluruhnya dikelola petani; jadi bantuan pupuk, bibit, sampai pembiayaan, bisa dikelola untuk produktivitasnya,” tandasnya.

Teten menambahkan, ke depan, pihaknya juga akan mereplikasikan model bisnis serupa ke komoditas yang lain termasuk garam, ikan, dan lainnya, dengan menggandeng kementerian/lembaga lain, termasuk BUMN.

Pos terkait