Menlu Retno: Persaingan AS-China Bisa Berujung Konflik Terbuka

Gempita.co – Indonesia sangat mengkhawatirkan terus meningkatnya rivalitas diantara kekuatan besar, Amerika Serikat (AS) dan China.

“Jika rivalitas ini tidak dikelola dengan baik, maka akan dapat berujung pada konflik terbuka yang sudah dapat dipastikan perdamaian dan stabilitas, termasuk di Taiwan Strait,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Retno Marsudi saat pertemuan tingkat Menteri ASEAN-China yang diselenggarakan di Phnom Penh, Kamis (4/8/2022).

Indonesia menyampaikan penghormatan terhadap prinsip “One China Policy”, sebagaimana juga disampaikan oleh negara anggota ASEAN lainnya.

Menlu Retno mendorong agar semua pihak menahan diri tidak melakukan tindakan provokatif yang dapat memperburuk situasi.

Lebih lanjut Menlu Retno menyampaikan bahwa saat ini dunia memerlukan kearifan (wisdom) dan tanggung jawab (responsibilities) agar perdamaian dan stabilitas terjaga.

Bicara mengenai perdamaian dan stabilitas, dua hal yang ditekankan oleh Menlu Retno adalah pentingnya menjaga trust, dimana Indonesia menekankan pentingnya China menjadi bagian dari kerja sama konkrit pelaksanaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Selain itu, penghormatan terhadap hukum internasional juga ditekankan oleh Menlu RI, termasuk penghormatan terhadap UNCLOS 1982.

Dalam pertemuan diadopsi Rencana Aksi Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-China yang antara lain berisi aksi untuk menindaklanjuti ASEAN Outlook on the Indo-Pacific bersama China.

“Indonesia tetap menganut kebijakan ‘One China Policy’,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah dalam keterangannya di situs Kemlu RI, Kamis (4/8/2022).

Keterangan Kemlu RI tanpa menyebut nama Pelosi dan kunjungannya ke Taiwan. Namun yang jelas, keterangan Kemlu RI terbit usai kunjungan Pelosi ke Taiwan dan berkembangnya situasi di Taiwan.

Taiwan adalah pulau di tenggara daratan China. Pemerintahan di Taiwan saat ini adalah kelanjutan dari Partai Nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai-sek, yang kalah perang melawan Partai Komunis China pimpinan Mao Zedong, pada 1949.

Sejak saat itu, Taiwan menjadi negara demokratis, beribu kota di Taipei, merasa punya kedaulatan terlepas dari kontrol RRC. Namun, di sisi lain, RRC merasa bahwa Taiwan adalah bagian darinya.

“RI hanya mengakui 1 China, tidak ada 2 China,” kata Faizasyah.

Sebelumnya, Pelosi dan rombongannya, yang mencakup enam anggota parlemen AS lainnya, tiba di Taipei pada Selasa (2/8) tengah malam waktu setempat. Pada Rabu (3/8) pagi, Pelosi mengunjungi parlemen Taiwan kemudian kantor kepresidenan Taiwan untuk bertemu Presiden Tsai Ing-wen.

Kunjungan yang dilakukan di tengah rentetan ancaman dan peringatan keras China ini, menjadikan Pelosi dari Partai Demokrat AS ini sebagai pejabat AS dengan posisi tertinggi yang mengunjungi Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

Kedatangan Pelosi ke Taiwan itu disambut China dengan latihan militer. Militer China mengatakan dalam siaga tinggi sebagai tanggapan kunjungan tersebut.

Kini Pelosi telah meninggalkan Taiwan usai menuntaskan kunjungan kontroversial yang memancing amarah China.

Sumber: asiatoday

Pos terkait