Mulai Kehabisan Tabungan Saat Pandemi, Lowongan Kerja Pencuci Piring Jadi Pilihan Warga Australia

ilustrasi

Gempita.co – Akibat dampak pandemi Covid-19 banyak yang harus kehilangan penghasilan. Salah satunya dirasakan oleh Aidan Draper, warga asal Kota Sydney, Australia.

Ia berupaya telah melamar berbagai jenis pekerjaan, termasuk untuk menjadi pencuci piring di restoran yang ternyata banyak diminati akibat meningkatnya jumlah pengangguran.

Bacaan Lainnya

Pria berusia 21 tahun tersebut mengaku mulai kehabisan uang tabungannya, namun tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan uang dari Pemerintah di tengah pandemi COVID-19.

Pekan lalu, ia melamar pekerjaan sebagai pencuci piring lewat sebuah situs pencari kerja.

Dari email notifikasi yang ia dapatkan setelah mengajukan lamaran kerja itu, Aidan diberitahu jika ada 6.190 orang lainnya yang melamar posisi tersebut.

Ia juga pernah melamar pekerjaan lainnya dengan banyaknya peminat, seperti yang tercantum dari email yang ia dapatkan.

“Karena saya sudah melamar banyak pekerjaan dan sering ditolak, saya hanya bisa tertawa melihat banyaknya yang melamar pekerjaan cuci piring,” kata Aidan.

Baginya pindah ke kawasan pedesaan menimbulkan pergolakan dalam dirinya. Tetapi ketika bisnisnya di Queanbeyan, dekat Canberra runtuh, tukang listrik berusia 32 tahun ini mengatakan ia tidak punya pilihan.

“Saya memutuskan untuk meneruskan kehidupan saya dan pergi ke pedesaan dengan mencoba menggunakan keterampilan yang saya miliki,” ujarnya.

Dua minggu lalu, dia pindah ke Wellington, sekitar 50 km dari Dubbo, New South Walles, untuk bekerja di pembangkit tenaga surya yang sekarang sedang dibangun.

Ia bekerja 76 jam seminggu, setidaknya selama 4 bulan ke depan.

“Ya, jam kerjanya memang panjang. Tetapi apakah Anda hanya ingin duduk di rumah dalam keadaan depresi dan sengsara? Atau ingin mencari uang dengan keluar dari rumah?” ujarnya.

Baginya, bagian tersulit adalah meninggalkan putrinya yang berusia enam tahun, yang masih tinggal di Canberra bersama mantan pasangan Ricky.

Pindah ke Pedalaman
Profesor Paula Brough, pakar psikologi dari Griffith University, mengatakan kebanyakan orang percaya jika kota-kota besar “lebih menawarkan banyak peluang pekerjaan”.

“Segala sesuatu mulai dari pertemanan, akses ke olahraga dan budaya, hingga pendidikan, ikut menentukan keputusan apakah seseorang mau pindah atau tidak,” kata Profesor Brough.

“Saya rasa orang-orang terbiasa memiliki begitu banyak pilihan di sekitar mereka, begitu banyak kesibukan, sehingga bisa menjadi pergolakan yang cukup mengkhawatirkan untuk tiba-tiba mengubah seluruh gaya hidupnya di pedalaman,” sebutnya.

Pos terkait