Bangkok, Gempita.co – Han Lay, Miss Grand Myanmar, bersuara menentang dugaan kekejaman yang dilakukan oleh militer di negaranya, pidatonya menarik perhatian.
“Hari ini, di negara saya Myanmar … banyak sekali orang yang sekarat,” ujarnya di ajang Miss Grand International 2020 yang baru diselenggarakan pekan lalu di Thailand.
“Tolong bantu Myanmar. Kami sangat membutuhkan bantuan internasional dari Anda sekarang.”
Satu bulan sebelumnya, Han Lay, 22 tahun, turun ke jalanan Yangon, kota terbesar Myanmar, untuk berunjuk rasa menentang militer.
Han Lay, mahasiswa psikologi di Universitas Yangon, memutuskan untuk menggunakan kontes tersebut sebagai kesempatan untuk berbicara tentang tanah airnya di panggung internasional.
“Di Myanmar, wartawan ditahan … jadi saya memutuskan untuk angkat bicara,” katanya kepada BBC dalam wawancara via telepon dari Bangkok.
Sekarang dia khawatir karena pidato dua-menit itu dapat membuatnya masuk radar militer. Dia telah memutuskan untuk tinggal di Thailand setidaknya selama tiga bulan ke depan.
Han Lay berkata dia tahu sebelum berangkat ke Thailand bahwa ada kemungkinan dirinya akan dalam bahaya dan harus tinggal di sana untuk sementara waktu.
“Saya sangat khawatir akan keamanan saya dan keluarga karena saya banyak bicara tentang militer dan situasi di Myanmar. Di Myanmar semua orang tahu ada batasan ketika berbicara tentang apa yang terjadi,” katanya.
Ketakutannya bukan tanpa dasar. Pekan lalu, aparat keamanan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 18 selebritas, “influencer” media sosial, dan dua jurnalis berdasarkan undang-undang yang melarang materi “yang dimaksudkan untuk membuat anggota angkatan bersenjata memberontak atau mengabaikan tugas mereka”, lansir media pemerintah. Semua orang tersebut telah bersuara menentang kudeta.
Sumber: BBC