Pemerintah Prediksi 123 Juta Orang Akan Mudik Lebaran

Para pemudik duduk di Stasiun Senen, Jakarta, menanti kereta api yang akan membawa mereka pulang ke kampung halaman mereka, 28 April 2022.
Para pemudik duduk di Stasiun Senen, Jakarta, menanti kereta api yang akan membawa mereka pulang ke kampung halaman mereka, 28 April 2022.

Gempita.co-Menteri Perhubungan Budi  Karya Sumadi memperkirakan jumlah pemudik pada musim lebaran tahun ini naik hampir 50 persen. Angka tersebut diperoleh dari riset kementeriannya dengan margin of error (tingkat kesalahan) kurang dari lima persen.

“Terjadi kenaikan jumlah pemudik dari 85 juta menjadi 123 juta orang. Untuk di Jabodetabek (naik) dari 14 juta menjadi 18 juta orang. Artinya terjadi kenaikan 47 persen, untuk nasional dan tujuh persen untuk Jabodetabek,” ungkap Budi dalam telekonferesi pers usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (24/3).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Budi menjelaskan, sarana transportasi yang dipilih oleh masyarakat cukup merata. Namun, katanya, pemerintah menaruh perhatian lebih pada jalur darat karena relatif sulit untuk diatur.

“Tetapi darat, memang perlu satu upaya manajemen yang lebih detil harus dilakukan. Kami bersama-sama Kakorlantas Polri dan Menko PMK (Menteri Koordinator Bidang Pembanguan Kebudayaan dan Manusia) sudah berkoordinasi bagaimana me-manage mudik kali ini yang begitu signifikan,” katanya.

Hasil riset kementeriannya juga menunjukkan sebanyak 22 persen masyarakat akan mudik dengan menggunakan mobil pribadi, dan 20 persen lainnya menggunakan sepeda motor.

“Untuk mobil pribadi memang akan terjadi suatu penumpukan di Cipali dan Merak. Untuk motor, seyogyanya tidak mudik menggunakan motor. Kami berkoordinasi dengan polisi bahwa tingkat kecelakaan paling tinggi adalah pengguna kendaraan sepeda motor, apalagi yang ditempuh dari 3-10 jam. Jadi melelahkan sekali. Kita tentu tidak tinggal diam,” jelasnya.

Guna menekan pemudik yang berencana menggunakan sepeda motor, pemerintah pun akan menggelar mudik gratis. Dari Kementerian Perhubungan, katanya, telah disediakan 500 bis. Ia berharap kementerian dan lembaga lainnya serta pihak swasta melakukan hal yang sama.

Selain jalur darat, mudik gratis pun katanya akan ditawarkan dengan kereta dan kapal. Untuk kapal, jalur mudik gratis tersedia dari Tanjung Priok ke Semarang.

“Kami juga mencatat bahwa asal mereka mudik paling banyak dari Jawa Timur, tetapi tujuan paling banyak itu Jawa Tengah. Oleh karenanya jalur Cipali adalah satu titik yang paling tinggi tingkat kemacetannya, dan kita harus menggunakan rekayasa lalu lintas yang intensif,” katanya.

Pemerintah pun, katanya, menaruh perhatian lebih kepada tiga titik mudik, yakni Jakarta menuju Semarang, Merak menuju Bakauheni dan Bandara Seokarno Hatta.

Perpanjangan Cuti Bersama

Budi mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang cuti bersama. Ia menjelaskan, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri sebelumnya cuti bersama lebaran berlangsung dari 21 April hingga 26 April, namun akhirnya diputuskan lebih awal, yakni mulai dari 19 April.

“Tapi masuknya 26 April. Jadi tambah satu hari, tapi di depan maju dua hari. Itu alasannya, karena secara tradisional keinginan akan mudik tinggi, dengan volume yang banyak dan kalau dilihat tertuju hanya tanggal 21 April, maka akan terjadi penumpukan yang luar biasa. Sehingga dengan dimajukan pemudik bisa mulai dari tanggal 18 April sore, 19,20,21 April ada empat hari mereka mudik. Sedangkan balik itu mereka harus pulang hari Rabu, tetapi bagi mereka yang berkeinginan melakukan cuti lebih panjang sampai tanggal 30-1 Mei,” jelasnya.

Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan jalur darat masih merupakan favorit masyarakat untuk mudik lebaran kali ini, salah satunya Tol Trans-Jawa yang tersambung sejak tahun 2019.

“Tol Trans-Jawa masih akan menjadi jalur favorit untuk arus mudik Lebaran 2023. Jalur tol tersebut diproyeksikan akan dilintasi sekitar 9,2 juta orang. Namun, pemudik diimbau tidak hanya mengandalkan jalan tol, tetapi memilih jalur-jalur alternatif untuk menekan risiko kemacetan panjang di ruas tol,” ungkap Djoko.

Djoko mencontohkan pada arus mudik tahun lalu, jalani Pantura Jawa tergolong lebih lancar ketimbang jalan tol. Mengingat jalur utara dan selatan Jawa belum cukup baik, menurut Djoko, pilihan masyarakat masih terpusat di Pantura.

Lebih jauh, Djoko menjelaskan, meksipun jalan tol kerap dianggap sebagai jalur yang cukup cepat, pergerakan kendaraan di jalan itu pada musim lebaran cukup tersendat karena sering terjadi penumpukan di area istirahat.

“Pemerintah dinilai perlu mengantisipasi peningkatan arus mudik lebaran tahun ini dengan menambah fasilitas di tempat istirahat (rest area), seperti toilet, khususnya jumlah toilet untuk perempuan harus lebih banyak dari jumlah toilet untuk laki-laki. Juga dibangun rest area tambahan di beberapa tempat yang cukup menyediakan toilet,” katanya.

Di samping itu, katanya, diperlukan penambahan tempat-tempat istirahat di luar tol yang masih berdekatan dengan pintu tol. Ini untuk menghindari pemanfaatan bahu jalan tol untuk beristirahat yang bisa menimbulkan kemacetan.

“Bahu jalan tol harus bersih dari lalu lintas kendaraan yang tidak diijinkan. Bahu jalan tol digunakan untuk aktivitas darurat,” pungkasnya.

 

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali