Jakarta, Gempita.co – Selama sepekan,
mata uang rupiah berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), didorong oleh sejumlah sentimen positif dari dalam negeri.
Menurut data Refinitiv, nilai tukar rupiah terapresiasi 0,59% ke posisi Rp 14.220 di pasar spot selama seminggu ini atau dalam periode 4 Oktober sampai 8 Oktober 2021.
Beberapa sentimen utama yang mendorong kenaikan rupiah terhadap greenback AS berasal dari domestik.
Pada awal pekan, penguatan rupiah juga didukung oleh kenaikan harga komoditas andalan ekspor Indonesia, misalnya minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Dalam sepekan terakhir harga CPO terhitung membukukan kenaikan sebesar 4,74%. Bahkan sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD), harga CPO masih terhitung melonjak 33,69%.
Indonesia adalah negara produsen dan eksportir CPO terbesar dunia. Kenaikan harga komoditas berarti devisa hasil ekspor yang diterima Indonesia akan membengkak. Melimpahnya pasokan valas di perekonomian domestik menjadi pijakan kuat bagi stabilitas rupiah.
Kemudian, sentimen lainnya soal masuknya dana asing ke pasar RI.
Derasnya arus modal di pasar keuangan Indonesia menjadi penopang keperkasaan rupiah. Di pasar saham, selama sepekan investor asing membukukan beli bersih Rp 10,31 triliun di pasar reguler.
Keyakinan pelaku pasar terhadap prospek perekonomian nasional semakin tebal setelah BI merilis data cadangan devisa. Pada September 2021, cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 146,9 miliar. Melesat US$ 2,1 miliar dari Agustus 2021 dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” sebut keterangan tertulis BI.
Peningkatan posisi cadangan devisa pada September 2021, lanjut keterangan BI. antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan utang luar negeri pemerintah.
Cadangan devisa yang semakin ‘gemuk’ akan membuat BI punya ‘amunisi’ yang cukup untuk operasi stabilitas nilai tukar rupiah. Investor boleh yakin bahwa rupiah tidak akan mudah ‘digoyang’. Stabilitas nilai tukar akan membuat nilai investasi aman, tidak tergerus oleh fluktuasi nilai tukar.
Sumber:CNBC