Rupiah Berpotensi Melemah Akibat Konflik Israel dan Palestina

Rupiah Kini Perkasa di Hadapan Banyak Mata Uang, Nomor Dua di Asia!. (Foto: Ist)

Gempita.co – Akibat eskalasi konflik antara Israel dan Palestina, Pengamat Pasar Uang menilai nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Situs Antaranews melaporkan, Aroston Tjendra mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah ke kisaran Rp15.965-Rp16.000 hari ini dengan support di sekitar Rp15.880-Rp15.900 per dolar AS.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Seperti diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (28/10) mengatakan bahwa pasukan rezim Zionis Israel telah melancarkan serangan darat ke Gaza, Palestina, sebagai bagian dari “perang tahap kedua” untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, serta membebaskan para tawanan.

Organisasi Bulan Sabit Merah, Palestina mengumumkan, Rezim Zionis, meminta supaya Rumah Sakit Al Quds, di Gaza, segera dikosongkan, padahal di sana terdapat sedikitnya 14.000 pengungsi.

Televisi Al Mayadeen, Minggu (29/10/2023) melaporkan bahwa rezim Zionis mengancam akan menyerang Rumah Sakit Al Quds, di Jalur Gaza.

Beberapa saat kemudian Bulan Sabit Merah Palestina secara resmi mengonfirmasi bahwa Rezim Zionis, mengancam untuk menyerang RS Al Quds, dan rumah sakit itu harus segera dikosongkan.

Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina, menyampaikan kekhawatirannya terkait ancaman ini dan mengatakan, di RS Al Quds, Gaza, terdapat sedikitnya 14.000 pengungsi Palestina.

Sebelumnya Rezim Zionis, membombardir RS Baptis Al Ahli, di Jalur Gaza, yang menyebabkan 371 warga Palestina gugur, dan sejumlah banyak terluka. Israel, tidak mau mengakui serangan ini, dan menyalahkan kelompok perlawanan Palestina, namun kemudian koran Amerika Serikat, New York Times melaporkan hasil penyelidikan yang menunjukkan bukti-bukti bahwa Israel, yang melakukan serangan ini.

Potensi pelemahan rupiah turut dipengaruhi antisipasi pasar terhadap rapat kebijakan Moneter Bank Sentral AS pekan ini.

Dalam pertemuan tersebut, pengendalian inflasi dan penguatan kondisi ketenagakerjaan akan menjadi topik pembicaraan. Inflasi masih menjadi fokus karena melenceng jauh dari target 2 persen, dan para pejabat AS bakal mempertanyakan apakah kebijakan saat ini masih cukup mendorong inflasi turun atau perlu kebijakan baru.

Menurut Ariston, pertemuan rapat kebijakan Moneter Bank Sentral AS kemungkinan melemahkan rupiah.

“Kenyataanya, inflasi memang belum ke level target dan The Fed (Federal Reserve) biasanya tidak memperjelas kebijakannya ke pasar sampai pengumuman hasil rapat,” ujarnya.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat sebesar 0,15 persen atau 24 poin menjadi Rp15.915 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.939 per dolar AS.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali