Jakarta, Gempita.co –Indonesia kini memiliki perpustakaan kayu terbesar di dunia.
Perpustakaan itu bernama Xylarium Bogoriense yang terletak di Bogor, Jawa Barat.
Perpustakaan ini menyimpan koleksi sampel kayu sebanyak 192.395. Mengalahkan koleksi Xylarium Belanda 125.000 sample, Amerika Serikat 105.000 sample dan Belgia 69.000 sample.
Data tersebut dikeluarkan oleh International Association of Wood Anatomist (IAWA).
Keberadaan perpustakaan kayu tersebut merupakan usaha mengawetkan ingatan pada berbagai jenis kayu di Indonesia. Perpustakaan itu menyimpan ribuan spesimen kayu dari seluruh Indonesia
Langkah itu sangat penting, sebab semakin hari semakin banyak jenis kayu yang yang terkikis keberadaannya disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah pembalakan liar (illegal logging).
Dengan adanya perpustakaan kayu yang dibangun oleh Belanda sejak 1914 itu, membuka ruang bagi peneliti dan generasi muda untuk tahu banyak, jika Indonesia memiliki kekayaan kayu yang melimpah.
Fungsi
Keberadaan Perpustakaan Kayu di Bogor merupakan harta terpendam yang dimiliki Indonesia. Keberadaannya memiliki berbagi peran dan fungsi, yakni sebagai penunjang penelitian, bahan referensi identifikasi kayu (penegak hukum, praktisi dan akademisi), dan sumber informasi nama lokal dan ilmiah, keragaman dan sebaran jenis kayu serta sebagai rujukan utama dalam pengelompokan kayu.
Bisa dibayangkan bagaimana repotnya mengetahui dan mempelajari kayu-kayu di Indonesia yang sangat banyak, jika tidak ada Xylarium Bogoriense 1915.
Hasil studi menunjukkan terdapat ±4.000 jenis kayu yang tumbuh di Indonesia. Sekitar 1.044 jenis kayu tersebut saat ini telah diperdagangkan. Setiap jenis kayu memiliki nama dan karakteristik yang berbeda, yang akan menentukan kualitas atau kegunaan yang tepat.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mengungkapkan bahwa Xylarium Bogoriense merupakan perpustakaan kayu terlengkap di dunia yang menjadi rujukan data dan jenis pemetaan kayu yang saat ini dimiliki oleh Indonesia.
“Xylarium ini juga telah tercatat dalam Index Xylariorum, Institutional Wood Collection sejak Edisi I Tahun 1957,” ujar Siti beberapa waktu lalu.
Sumber: ATN