Pangkep, Gempita.co – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros terus mengembangkan inovasi teknologi yang dapat menjadi solusi dan dapat memacu kegiatan produksi di sektor kelautan dan perikanan dalam rangka mensejahterakan masyarakat.
Saat ini, para petambak pembudidaya ikan khususnya di Kab. Pangkep tengah mengeluhkan ketersedian pupuk subsidi yang semakin langka. Kelangkaan ini membuat para petambak merogoh kocek lebih besar untuk membeli satu sak atau karung pupuk nonsubsidi.
Terkait hal tersebut, BRPBAPPP kembali mensosialisasikan salah satu produk unggulan hasil riset inovasinya berupa Probiotik RICA (Research Insitute for Coastal Aquaculture), pada kegiatan Panen Percontohan Polikultur Udang Vaname dan Ikan Bandeng Menggunakan Probiotik RICA di Kabupaten Pangkep, Kamis 15 Oktober 2020.
Percontohan Polikultur Udang Vaname dan Ikan Bandeng Menggunakan Probiotik RICA terlaksana di lahan tambak seluas 0,75 Ha berlokasi di Desa Manakku, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan dengan melibatkan 2 kelompok binaan penyuluh perikanan, yakni Kelompok Pembudidaya Ikan Sipakainge dan Kelompok Pembudidaya Ikan Bandeng Sejahtera.
Kegiatan ini juga mendapatkan pendampingan dari Peneliti dan Penyuluh Perikanan Satminkal BRPBAPPP yang bertujuan sebagai sarana percontohan metode demonstrasi cara alih teknologi hasil riset ke penyuluhan dan kelompok binaan penyuluh perikanan serta sebagai hilirisasi alih teknologi hasil riset kepada penyuluh perikanan dengan menerapkan teknologi tambak yang sehat menggunakan probiotik dan penggunaan pakan berbahan murah, ekonomis dan bisa diproduksi sendiri.
Kepala Pusat Riset Perikanan, Yayan Hikmayani, menuturkan secara daring, bahwa dalam usaha budidaya ikan di tambak, para petambak seringkali menggunakan pupuk secara berlebihan, khususnya pupuk anorganik seperti Urea dan TSP. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah pada kualitas lahan budidaya dan air.
“Perlu adanya suatu langkah perubahan untuk mengatasinya. Salah satunya dengan penggunaan Probiotik RICA. Probiotik RICA merupakan bakteri probiotik yang diproduksi BRPBAPPP. Bakteri ini bersifat non patogen, memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan organisme patogen, dan berfungsi sebagai bakteri pengurai dan penetralisir kualitas air, serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan,”terang Yayan.
Pihaknya juga menilai bahwa penyuluh perikanan memiliki peran penting dalam menyebarluaskan inovasi tersebut kepada seluruh pembudidaya sehingga dapat diadopsi oleh para pelaku usaha.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa kegiatan percontohan tidak berakhir di panen saja tetapi perlu adanya evaluasi secara menyeluruh dari persiapan sampai panen sehingga kekurangan – kekurangan yang ada selama proses percontohan ini berjalan bisa diperbaiki.
“Saya berpesan kepada para penyuluh untuk dapat terus berinovasi dan berkontribusi bagi pengembangan usaha kelautan dan perikanan. Pendampingan penyuluh perikanan tak bisa lepas dari kegiatan produksi perikanan oleh pelaku utama ataupun pelaku usaha,”papar Yayan.
Panen Percontohan Polikultur Udang Vaname dan Ikan Bandeng Menggunakan Probiotik RICA juga terlaksana atas kerja sama dengan Dinas Perikanan Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Kepala Dinas Perikanan Kab. Pangkep, Andi Faridah, menuturkan bahwa kebutuhan pupuk subsidi di daerahnya sangat terbatas.
“Tentunya kami berterima kasih atas dipilihnya Kabupaten Pangkep sebagai lokasi Percontohan Polikultur Udang Vaname dan Ikan Bandeng Menggunakan Probiotik RICA. Kami siap mendukung program dari pusat dan menciptakan sinergitas program pusat dengan Kabupaten pangkep,” tutur Andi.
Seentara itu, Kepala BRPBAPPP, Indra Jaya, menjelaskan bahwa kegiatan percontohan Polikultur Udang Vaname dan Ikan Bandeng Menggunakan Probiotik RICA yang merupakan produk BRPBAPPP, sudah melewati uji coba dan dipergunakan secara luas oleh masyarakat.
Secara umum hasil survei menunjukkan bahwa aplikasi probiotik RICA baik di Pangkep, Pinrang maupun Luwu Timur menunjukkan indikasi positif dengan adanya peningkatan produksi udang hasil budidaya dari tidak panen atau dengan produksi hanya 50 kg/ha/musim menjadi produksi mencapai 300 kg/ha/musim.