Ribuan Buruh Kereta Api Prancis, Aksi Mogok Tuntut Kenaikan Upah

Gempita.co – Ribuan karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja kereta api Prancis melakukan pemogokan, akibat inflasi dan biaya hidup yang meningkat.

Para pengunjuk rasa mengadakan pawai besar-besaran di Paris. Mereka menuntut kenaikan upah untuk menyesuaikan kondisi hidup dengan inflasi.

Bacaan Lainnya

Para pekerja yang mogok menuntut kenaikan upah 10 persen pada 2022, sementara gaji mereka meningkat 3,5 persen tahun ini.

Kondisi ekonomi telah memburuk di sebagian besar negara Eropa selama beberapa bulan terakhir dan tren ini terus berlanjut.

Sebenarnya, kebijakan intervensionis negara-negara Eropa dan kepatuhan mereka terhadap permintaan Washington dalam memasuki isu perang Ukraina membuat situasi semakin sulit bagi negara-negara Eropa.

Negara-negara ini, yang telah mencoba untuk menghadapi Rusia dengan mengirimkan senjata dan persenjataan ke Ukraina dan mengalokasikan anggaran yang besar, sekarang menghadapi krisis ekonomi setelah lebih dari delapan bulan perang ini.

Sementara negara-negara ini tengah memulihkan ekonomi mereka setelah sekitar dua tahun pandemi COVID-19 dan karantina yang dihasilkan.

Di antara negara-negara Eropa, kondisi ekonomi Prancis dan Jerman, dua negara Eropa yang kuat, lebih buruk.

Saat ini, inflasi Prancis mencapai level tertingginya sejak 1985. Prancis menghadapi kekurangan bahan bakar, kenaikan harga energi dan kekurangan listrik.

Kondisi ini menyebabkan banyak industri kecil dan pabrik tidak mampu membayar pengeluarannya atau menyatakan pailit atau mempertahankan pekerja dengan upah rendah dan dalam kondisi yang sulit.

Jose-Luis Llacuna, CEO Duralex France, yang merupakan perusahaan produksi kaca terbesar di Prancis, menunjukkan bahwa karena kenaikan tajam harga listrik dan gas, ia harus menghentikan produksinya selama 5 bulan.

Llacuna menekankan, Tagihan listrik dan gas meningkat dari 3 juta dolar setahun menjadi 13 juta dolar, dan sebelumnya 5-7% dari pendapatan kami digunakan untuk membayar tagihan ini, sekarang telah mencapai 46% dan masalah ini tidak tertahankan.

Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar dan kenaikan harganya, pemerintah Prancis telah menjadikan “pengetatan energi” sebagai pilar utama kebijakannya untuk mencegah beban tambahan pada jaringan listrik, tetapi Paris menghadapi musim dingin yang sulit ke depan.

Dalam konteks ini, Bloomberg melaporkan, Mempertimbangkan bahwa Perusahaan Listrik Prancis (EDF) diperkirakan akan mengurangi produksi tenaga nuklirnya tahun ini, negara itu menghadapi risiko pemadaman listrik yang serius pada musim dingin ini.

Krisis ekonomi di negara-negara Eropa lainnya juga telah mengganggu kehidupan warga. Banyak warga di berbagai negara Eropa menyerukan perubahan situasi dan tindakan pemerintah di lapangan dengan menggelar aksi unjuk rasa dalam beberapa pekan terakhir.

Faktanya, semua warga Eropa sekarang menghadapi kenaikan biaya hidup, krisis energi dan kekhawatiran akan musim dingin yang akan datang, serta kenaikan pajak dan kurangnya layanan.

Sekarang situasi ini juga mempengaruhi situasi politik Prancis dan Eropa.

Banyak warga Prancis yang tidak puas dengan kebijakan Presiden Emmanuel Macron dan para pejabat Eropa lainnya. Situasi ini membuat Macron mengakui, Perang di Ukraina tidak dapat berlanjut, perang ini akan mengubah hidup kita di Eropa dan menyebabkan kemiskinan dan kelaparan.

Para pengunjuk rasa Prancis masih mengkhawatirkan masa depan dan memaksa tuntutan mereka diketahui pemerintah di jalan-jalan. Tampaknya jika situasi ini berlanjut, krisis politik di Prancis akan menjadi lebih serius dan pekerjaan akan lebih sulit bagi Macron.

Sumber: parstoday

 

Pos terkait