Di pembukaan perdagangan rupiah hanya menguat tipis 0,07% ke Rp 14.050/US$, tetapi kurang dari 1 jam, Sang Garuda sudah berhasil menembus ke bawah level psikologis Rp 14.000/US$.
Setelahnya rupiah tak terbendung, apresiasi terus berlanjut hingga 1,6% ke Rp 13.835/US$ di pasar spot melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan terkuat sejak 24 Februari. Di penutupan perdagangan, posisi rupiah sedikit terkoreksi ke Rp 13.850/US$ atau menguat 1,49%.
Dengan dilewatinya level “keramat” Rp 14.000/US$, rupiah kini mengincar level terkuat tahun ini Rp 13.565/US$, yang dicapai pada 24 Januari lalu.
Penguatan rupiah sebesar 1,49% juga menjadikannya raja Asia alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:20 WIB.
Mood pelaku pasar global sedang bagus akibat new normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di seluruh belahan bumi ini. Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
Ketika mood pelaku pasar sedang bagus, maka aliran modal akan menuju negara-negara emerging markets dan aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Tingginya minat investor terhadap SBN juga terlihat di pasar sekunder, yield SBN tenor 10 tahun pada hari Rabu turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret. Sementara kemarin mengalami koreksi tipis, yield naik tipis 6,9 bps ke 7,074%, dan hari ini juga terkoreksi 3,5 bps ke 7,103%
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar saham juga terjadi inflow yang cukup besar dalam 3 hari terakhir. Berdasarkan data RTI, pada hari pada hari Selasa investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 872,35 miliar di all market, berlanjut pada hari Rabu sebesar Rp 1,5 triliun, dan kemarin nyaris Rp Rp 1 triliun. Sementara hari ini terjadi net sell Rp 51 triliun di all market.
Aksi ambil untung menjadi penyebab yield obligasi naik dan net sell di pasar saham, tetapi nilainya tidak signifikan.