Siapa Sangka Ibu 5 Anak Ini Ditangkap FBI sebagai Komandan Batalion ISIS

Gempita.co – Badan Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) menangkap seorang ibu dari lima anak karena bergabung dengan organisasi terlarang ISIS.

Ia juga diyakini memimpin batalion pejuang di Suriah, yang seluruh anggotanya adalah kaum perempuan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Allison Fluke-Ekren, perempuan berusia 42 tahun itu diduga melatih anak-anaknya untuk menggunakan senapan AK-47, menerjemahkan pidato yang dibuat oleh para pemimpin ISIS, dan bersekongkol untuk merencanakan serangan terhadap kampus perguruan tinggi di Amerika Serikat (AS).

Tahun 2016, Fluke-Ekren ditunjuk memimpin Khatiba Nusaybah, unit militer perempuan dari Negara Islam, di Raqqa, Suriah, menurut pengaduan pidana yang diajukan tahun 2019 dan dibuka pada Sabtu (29/1).

Dalam peran itu, ia melatih lebih dari 100 perempuan untuk menembakkan senapan serbu, melempar granat, mengemudikan kendaraan bermuatan bahan peledak, serta melatih aksi bela diri agar kaum perempuan ini bisa bertarung dalam pengepungan Raqqa tahun 2017, demikian penuturan seorang saksi.

Saksi itu juga mengatakan bahwa Fluke-Ekren memiliki peran yang besar dan menggambarkan betapa bangganya para pemimpin ISIS dan anggota batalion memiliki karena instruktur warga negara AS.

“Tahun 2014, Fluke-Ekren membahas rencana untuk berpakaian seperti orang kafir dan menurunkan ransel berisi bahan peledak di sebuah perguruan tinggi AS yang tidak disebutkan namanya untuk membunuh mahasiswa,” demikian tuduhan Agen Khusus FBI David Robins.

“Dia mengatakan kepada seorang saksi untuk tidak khawatir mengenai logistik karena dia tahu bagaimana masuk ke AS dari Meksiko,” sambung Robins, melansir New York Times melalui Minews, Minggu, 30 Januari 2022.

Saksi lain mengklaim bahwa Fluke-Ekren memetakan bagaimana dia bisa menyerang pusat perbelanjaan AS dengan menyimpan bom mobil di garasi parkir bawah tanah dan meledakkannya dengan pemicu ponsel.

“Fluke-Ekren menganggap serangan apa pun yang tidak membunuh sejumlah besar individu sebagai pemborosan sumber daya,” tulis Jaksa AS Jessica Aber dalam surat pernyataan pengadilan yang diajukan Jumat.

Dalam blog “Petualangan keluarga Fluke-Ekren,” yang dibuat tahun 2008 ketika ia masih tinggal di Lawrence, Fluke-Ekren mencatat perjalanan keluarga mudanya ke Turki dan ke Mesir, di mana mereka berpose di piramida dan menunggangi unta. Pada 2010, ia menggunakan situs tersebut untuk merayakan kelahiran anak bungsunya.

“Tetapi tahun 2011, perempuan itu tinggal secara permanen di luar negeri dan menjadi sangat terlibat dalam terorisme Islam,” kata pihak berwenang.

Suami pertamanya terbunuh di Suriah tahun 2016, ketika ia berusaha melakukan serangan teroris, kata jaksa. Ia kemudian menikahi seorang anggota ISIS Bangladesh yang juga meninggal, dan seorang pemimpin ISIS terkemuka pada 2017.

“Tahun 2018, Fluke-Ekren telah memberi tahu seorang kontak di Suriah untuk mengirim pesan ke anggota keluarga Amerika bahwa dia juga telah meninggal, sehingga pemerintah AS tidak akan berusaha menemukannya,” tulis Aber.

“Salah satu dari enam saksi pemerintah mendengar Fluke-Ekren menyatakan bahwa ia tidak pernah ingin kembali ke AS dan bahwa dia ingin mati di Suriah sebagai martir,” sambungnya.

Fluke-Ekren akan muncul di pengadilan federal di Alexandria, Va pada Senin (31/1), di mana dia akan didakwa atas kejahatan memberikan dukungan material kepada organisasi teroris. Ia terancam hukuman penjara 20 tahun.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali