Survei Kemendikbudristek, Kurikulum Darurat Membantu Proses Belajar Selama Pandemi

Jakarta, Gempita.co – Kurikulum darurat yang digunakan untuk pemulihan pembelajaran saat pandemi COVID-19 terbukti mengurangi dampak learning loss.

“Terbukti mengurangi dampak learning loss atau kehilangan kesempatan belajar akibat pandemi. Dalam hitungan kami, selisihnya kurang lebih empat bulan waktunya,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti
dalam taklimat bidang PMK mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju yang dipantau di Jakarta, Rabu, dikutip Antaranews.

Dari hasil survei yang dilakukan Kemendikbudristek pada 18.370 siswa di 612 sekolah di delapan provinsi, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kurikulum 2013 dan kurikulum darurat.

Untuk bidang numerasi, jika tidak terjadi pandemi dan learning loss maka seharusnya mencapai angka 522. Namun karena adanya pandemi dan diintervensi dengan kurikulum darurat, capaian poinnya sebanyak 517. Sementara capaian dengan kurikukulum 2013 yakni 482.

Sementara untuk bidang literasi, capaian seharusnya adalah 583, namun karena adanya pandemi dan diintervensi dengan kurikulum darurat capaiannya mencapai 570. Sementara capaian dengan menggunakan kurikulum 2013 yakni 532.

“Selisih antara skor kurikulum 2013 dan skor kurikulum darurat baik literasi dan numerasi mencapai empat bulan, terang dia.

Dengan demikian, siswa pengguna kurikulum darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik dari pada pengguna kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio ekonominya.

Selain itu, Kemendikbudristek memberikan sejumlah dukungan untuk membantu pembelajaran pada masa pandemi, mulai dari kuota internet gratis untuk pendidik dan peserta didik, bantuan UKT, subsidi upah untuk guru non PNS, distribusi modul pembelajaran, program belajar dari rumah, kurikulum darurat, pengembangan platform pendidikan digital, dan program Kampus Mengajar.

Pos terkait