Taliban Ancam AS Jika Menunda Penarikan Pasukan Di Afganistan

Washington, Gempita.co – Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengklaim bahwa Washington mungkin tidak dapat memenuhi batas waktu 1 Mei untuk penarikan terakhir pasukan AS dari Afghanistan karena alasan teknis.

Dalam sikap terbaru AS, Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) mengumumkan pada hari Selasa (30/03/2021) bahwa Washington belum memutuskan apakah akan menarik pasukannya dari Afghanistan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Pentagon menekankan sedang meninjau perjanjian Doha tentang Afghanistan, termasuk waktu komitmen Taliban.

Amerika Serikat dan Taliban sepakat pada Februari 2020 di Doha, ibu kota Qatar, bahwa Washington akan secara bertahap menarik pasukannya dari Afghanistan untuk membantu proses perdamaian di negara itu. Perjanjian tersebut menetapkan batas waktu penarikan pasukan AS pada 1 Mei 2021.

Sekalipun demikian, pemerintah Biden, dengan dalih Taliban melanggar kesepakatan, bukan hanya tidak bermaksud untuk memenuhi janji tersebut, tetapi juga berbicara tentang berlanjutnya kehadiran pasukan AS di Afghanistan.

Pentagon telah menawarkan beberapa opsi kepada Biden; menarik pasukan AS paling lambat 1 Mei 2021, mempertahankan mereka tanpa batas waktu, atau untuk waktu terbatas, yang dapat berlanjut selama enam bulan setelah tanggal yang disepakati, hingga November 2021.

Molavi Khodadad Saleh, Ketua Dewan Ulama Afghanistan Barat mengatakan, “Orang asing tidak pernah bekerja untuk Afghanistan dan tidak menginginkan perdamaian di negara ini. Amerika tidak jujur ​​dalam proses perdamaian Afghanistan dan perdamaian seharusnya tidak diharapkan dari mereka.”

Menanggapi sikap Biden, Taliban telah mengancam akan dampak dari pelanggaran perjanjian Doha, di mana bila pasukan asing tetap tinggal di Afghanistan pasca tenggat waktu keluar dari negara ini, mereka akan menjadi target serangan dan kekerasan akan meningkat signifikan.

Taliban juga menyebut pembicaraan antar-Afghanistan akan berlanjut dengan syarat penarikan pasukan asing dari negara itu.

Mengingat bukti bahwa pemerintah Biden tidak berniat menarik seluruh militer AS pada Mei 2021, Taliban diperkirakan akan meningkatkan kekerasan mereka terhadap pemerintah dan pasukan asing dalam beberapa bulan mendatang.

Masalah ini menimbulkan kekhawatiran di Rusia, salah satu kekuatan politik dan militer paling berpengaruh di Afghanistan. Moskow telah berulang kali mengkritik peran pasukan asing yang tidak menciptakan kestabilan di negara yang dilanda perang itu.

Rusia sekarang khawatir tentang kebangkitan kembali konflik dan kekerasan di Afghanistan, dengan konsekuensi bagi negara-negara tetangga.

Tentu saja, Amerika Serikat menuduh Rusia mendorong Taliban untuk membunuh pasukan Amerika, baik di era Trump maupun di bawah Biden. Pejabat senior AS tampaknya berusaha menyalahkan Rusia atas kegagalannya dengan menuduh Rusia ikut campur di Afghanistan, dan khususnya kerja sama Moskow dengan Taliban dalam membunuh pasukan Amerika.

Pejabat senior keamanan dan politik Rusia pada dasarnya skeptis tentang tujuan kehadiran AS.

Mengkritik dukungan AS untuk gerakan dan tindakan kelompok teroris Daesh (ISIS) di Afghanistan, mereka memperingatkan konsekuensi keamanan yang mengerikan bagi negara tetangga, termasuk negara-negara Asia Tengah dan Rusia.

Sumber: parstoday

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali