Tegas! Facebook Terapkan ‘Binasakan’ Penyebar Hoaks

Facebook - Istimewa

Gempita.co – Facebook memiliki upaya baru untuk memberantas penyebaran misinformasi dan hoaks di platformnya.

Taktik baru yang diumumkan Facebook adalah tiap pengguna yang membagikan konten misinformasi dan hoaks akan ‘dibinasakan’, atau dibikin tidak terlihat. Dengan kata lain, tak hanya kontennya saja yang dihilangkan, namun juga sekaligus si penggunanya.

Bacaan Lainnya

“Mulai sekarang, kami akan mengurangi distribusi postingan di News Feed dari tiap akun individu jika mereka berulang kali membagikan konten yang sudah diberi label oleh mitra pengecekan fakta,” ungkap pihak Facebook, seperti mengutip The Verge.

Facebook telah menerapkan beberapa kebijakan dan fitur khusus untuk memberantas misinformasi dan hoaks.

Namun memang beberapa tahun belakangan, Facebook telah menghentikan kemitraannya dengan pihak pengecekan fakta yang awalnya ditujukan mencegah penyebaran misinformasi yang terlanjur viral, hingga memberi label di postingan hoaks. Upaya tersebut belum pernah sampai menghapus konten sampai akun.

Meski belum terlalu jelas bagaimana cara kerja Facebook dalam menjalankan taktik barunya ini, ada beberapa anggapan kalau Facebook belum tentu akan sanggup melakukan semuanya secara efektif, mengingat platform ini sudah sangat luas, besar, dan banyak penggunanya.

Diketahui belum lama ini, Facebook memperkenalkan fitur baru yang bisa mengeluarkan semacam pengingat ketika kita mengklik tombol ‘share’.

Pengingat ini muncul hanya ketika Facebook mendeteksi pengguna yang akan membagikan artikel berita yang belum dibuka dan dibaca sama sekali.

Fitur ini akan memberi saran agar membuka tautannya terlebih dahulu dan membacanya sebelum membagikan ke linimasa atau melalui direct message.

Pada dasarnya, pengingat ini memperingatkan pengguna tentang risiko dari kehilangan fakta-fakta penting jika lebih memilih untuk langsung membagikan konten tanpa membacanya terlebih dahulu.

Penyebaran hoaks di Indonesia memang banyak bersumber dari media sosial populer seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain.

Dengan adanya fitur ini, semoga netizen di Indonesia dapat lebih sadar tentang pentingnya mengetahui konteks terlebih dahulu, didorong untuk berpikir kritis dalam menyaring informasi dan fakta, sebelum menyebarkannya.

Sumber: uzone

Pos terkait