New Delhi, Gempita.co – Ujian bertubi-tubi dialami India, ditengah pandemi yang masih mengganas.
India mengalami ujian bertubi-tubi di tengah pandemi Covid-19 yang masih mengganas.
Usai diterpa badai Siklon, kini krisis kelaparan mengancam jutaan warga negeri itu.
Virus corona telah mengakibatkan 160.000 orang meninggal dalam delapan minggu di India. Lonjakan kasus Covid-19 membuat rumah sakit kewalahan dan menutup banyak bisnis di India. Kini warga miskin di India mulai didera kelaparan.
Laporan AFP, Minggu (30/5/2021), para ahli memperingatkan bahwa krisis lain sedang membayangi, dengan bertambahnya tingkat kelaparan diantara orang miskin India yang sudah terhuyung-huyung dari karantina wilayah pertama tahun lalu.
“Ini adalah krisis ganda yang dihadapi orang miskin di negara ini – ada krisis kesehatan dan ada juga krisis ekonomi pendapatan,” kata Anjali Bhardwaj dari Right to Food Campaign.
Sekitar 230 juta orang India jatuh ke dalam kemiskinan – didefinisikan sebagai hidup dengan kurang dari 375 rupee (USD5) per hari – pada tahun pertama pandemi, menurut satu studi oleh Universitas Azim Premji di Bangalore.
“Kami mengalami krisis kesehatan besar yang sedang berlangsung dan banyak yang harus menghabiskan tabungan seumur hidup mereka untuk mencoba memberikan bantuan medis kepada keluarga mereka,” tambahnya.
Di New Delhi, Rasheeda Jaleel hidup dalam ketakutan bahwa dia mungkin tidak dapat memberi makan tujuh anaknya. Pada saat yang sama, jutaan keluarga India dipaksa menjadi miskin oleh gelombang virus corona baru yang menghancurkan.
Pria berusia 40 tahun, suaminya Abdul Jaleel, 65 tahun dan anak-anaknya sudah bertahan hidup hanya dengan satu kali makan sehari.
“Ketika kami lapar dan haus, saya merasa sangat tidak berdaya dan khawatir, ‘Bagaimana saya akan bertahan hidup seperti ini?’ Kami mengatur dengan berapa pun penghasilan suami saya. Jika tidak cukup, saya tetap lapar agar bisa memberi makan anak-anak saya” kata Jaleel kepada AFP saat membuat roti (roti pipih) di flat kecil mereka di New Delhi.
Lebih dari 7,3 juta pekerjaan hilang pada bulan April saja, menurut Pusat Pemantauan Ekonomi India. Itu berarti lebih banyak penderitaan di negara di mana 90% angkatan kerjanya berada di sektor informal tanpa jaring pengaman sosial, dan di mana jutaan tidak memenuhi syarat untuk jatah darurat pemerintah.
“Banyak orang jatuh miskin tahun lalu, mereka berutang, dan mereka harus mengurangi konsumsi makanan. Jadi gelombang kedua datang di atas situasi stres yang sangat genting,” kata Lektor Kepala Amit Basole, salah satu penulis studi universitas, kepada AFP.
Sumber: asiatoday