Bangkok, Gempita.co – Situasi Thailand akhir pekan ini memanas, parlemen menunda kemungkinan perubahan konstitusi pada Jumat (25/9/2020), membuat kemarahan pengunjuk rasa memuncak.
Melalui media sosial twiter tagar#RepublikofThailand pengunjuk rasa menyatukan suara. Dikutip Reuters, tagar sudah digunakan lebih dari 820.000 cuitan.
Selama dua bulan protes anti pemerintah Thailand, pengunjuk rasa meminta reformasi pemerintahan Perdana MenteriPrayuth Chan-ocha dan mengurangi kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.
Aktivis Thailand Parit Chiwarak mengatakan kemarahan itu menunjukkan pemerintah harus menangani setidaknya beberapa tuntutan para pengunjuk rasa. Termasuk 10 poin untuk reformasi kerajaan.
“Ketika orang-orang sangat membutuhkan reformasi, mereka memikirkan revolusi,” katanya kepada Reuters.
Istana tidak berkomentar dan menanggapi hal ini. Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan dia belum melihat tagar tersebut dan menolak berkomentar.