Curhat Sepasang Lansia di Perbatasan Ukraina-Rusia, Tanpa Listrik dan Air

Gempita.co – Pasangan lansia Kateryna dan Dmytro Shklyar termasuk di antara penduduk terakhir Nevelske, sebuah desa dekat garis depan di Ukraina timur di mana pertempuran bertahun-tahun telah membuat mereka tidak memiliki air, listrik, atau tetangga.

Disebutkan ada 300 penduduk yang memadati wilayah tersebut akhirnya melarikan diri dan mencari wilayah yang lebih aman. Namun, tidak dengan sepasang lansia tersebut karena tak tujuan lagi.

Dikutip dari Reuters pada Minggu (30/1/2022), keluarga Shklyar hidup tanpa air mengalir atau pasokan listrik yang stabil, mengandalkan militer Ukraina dan pekerja bantuan untuk mengirimkan barang-barang kebutuhan pokok.

Kateryna dan Dmytro Shklyar sepasang lansia yang hidup di antara bangunan-bangunan hancur tersebut.

Tak banyak yang memilih tinggal disana dengan berbagai faktor yang ada. Diketahui hanya ada ada lima penduduk yang masih bertahan di sana.

Listrik dan segala saluran air mati karena adanya perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina ini.

Bahkan toko terdekat dari mereka tinggal juga terhalang palang jalan yang dibangun oleh para pasukan militer.

Hanya terdapat gudang makanan kecil yang bisa mereka andalkan saat ini.

“Dia 86 dan saya 76 tahun. Dan kami hidup tak punya apa-apa. Yah, tentu saja kami punya kentang, wortel, dan bawang. Tapi hanya itu yang kami punya.” ucap Kateryna.

Bukan hanya untuk makanan saja, namun sayuran tersebut juga digunakan sebagai pelindung mereka dari hancuran tanah akibat bom yang diluncurkan.

Kabar yang menyedihkan, sepasang lansia ini hanya berteman dengan hewan peliharaan. Kucing dan anjing adalah teman yang tersisa dan bisa menemani mereka.

Saat presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (28/1/2022) mengatakan, Barat belum membahas tuntutan keamanan utama Moskwa dalam krisis di Ukraina, tetapi dia siap untuk terus berunding mencegah eskalasi lebih lanjut.

Sementara itu Kateryna Shklyar, sambil duduk di sebelah suaminya di rumah mereka yang dindingnya dihiasi karpet tebal, menyeka air mata.

“Saya tidak punya kata-kata atau air mata lagi,” katanya.

“Semua orang sudah pergi. Mereka yang punya uang dan mampu membeli sesuatu di suatu tempat, mereka semua pergi. Dan ke mana kita akan pergi, dua orang tua, siapa yang membutuhkan kami?”

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali