Riyadh, Gempita.co – Sukses menyelenggarakan ibadah haji tanpa kasus Covid-19, Menjadi acuan Arab Saudi membuka kembali kunjungan wisatawan global.
Wisata reliji secara tradisional menjadi salah satu dari sedikit sektor pariwisata kerajaan itu. Mekkah dan Madinah, dua kota paling suci bagi umat Islam, masih menjadi tujuan utama pendatang dari luar negeri.
Selama tahun 2019, Arab Saudi menerima kedatangan 9,5 juta jemaah calon haji dan umrah.
Akan tetapi Riyadh memiliki rencana untuk memanfaatkan pasar wisata di luar wisata reliji sebagai bagian dari cetak biru Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) untuk mengembangkan ekonomi di luar pendapatan minyak.
Pada September 2019, Riyadh memperkenalkan e-visa turis yang ditujukan untuk menarik pengunjung non-Muslim. Hanya saja ketika baru saja diluncurkan, wabah Covid-19 muncul dan menghentikan industri pariwisata global.
Pembatasan pandemi juga memukul industri pariwisata reliji yang mapan di Saudi. Hanya 60.000 warga dan penduduk Saudi yang divaksinasi yang diizinkan naik haji tahun ini, sementara pada tahun 2020 jumlah jemaah dibatasi menjadi 1.000 orang.
Kerajaan membuka kembali perbatasannya ke sejumlah negara untuk pariwisata pada 30 Mei lalu, tetapi sejak itu menutup kembali negaranya akibat melonjaknya kasus Covid-19 dari varian Delta.
“Jelas, ini adalah tahun yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bisnis di sekitar ziarah dihentikan bersama dengan sektor petualangan dan pariwisata budaya yang lebih baru,” ujar Chris Rosenkrans, konsultan pariwisata yang berbasis di Jeddah sebagimana dukutip Aljazeera.com, Kamis (22/7/2021).
Bagi pemandu wisata yang berbasis di Jeddah, Samir Komosani, sulit melihat negaranya tertutup bagi pengunjung internasional apa pun.
“Negara besar yang indah ini memiliki begitu banyak hal untuk ditawarkan kepada pengunjung dan saya senang berbagi rahasia tersembunyinya,” katanya.
Dia mengatakan saat Covid-19 mereda maka para pelancong dari seluruh dunia akan datang ke Arab Saudi.
Optimismenya juga dimiliki oleh para pemimpin di Riyadh yang berharap dapat meningkatkan pendapatan pariwisata dari 3 persen dari total produk domestik bruto negara itu menjadi 10 persen pada tahun 2030.
Arab Saudi menargetkan 100 juta wisatawan per tahun pada akhir dekade ini dan meningkatkan jumlah pengunjung reliji dari 17 juta menjadi 30 juta pada tahun 2025.
Untuk mengakomodasi pengunjung yang diharapkan, pemerintah telah memperluas infrastruktur pariwisata dan mencoba membuat negara yang secara historis konservatif menjadi tujuan yang lebih terbuka dan beragam bagi pengunjung dari negara Barat dan turis reliji.
Pada bulan Juli, MBS mengumumkan rencana untuk membuat maskapai penerbangan nasional baru dan berkomitmen untuk menginvestasikan lebih dari USD147 miliar dalam infrastruktur transportasi selama sembilan tahun ke depan. Bahkan kerajaan itu juga sedang mempertimbangkan pembangunan bandara baru di Riyadh sebagaimana mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Sumber: asiatoday